Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menunjukkan tajinya hari ini. Tidak hanya dolar Amerika Serikat (AS), rupiah pun perkasa di hadapan dua dolar lainnya.
Pada Senin (4/1/2021) pukul 12:33 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.865. Rupiah menguat 1,25% dibandingkan posisi sebelum libur Tahun Baru.
Mata uang Tanah Air pun perkasa di hadapan dolar Singapura. AU$ 1 dibanderol Rp 10.670,5 di mana rupiah menguat 1,37%.
Tidak cukup sampai di situ, rupiah juga menguat terhadap dolar Singapura. SG$ 1 dihargai Rp 10.561,54, rupiah terapresiasi 0,95%.
Malam tadi, pemerintah Provinsi DKI Jakarta di bawah komando Gubernur Anies Rasyid Baswedan mengumumkan bahwa Permbatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Transisi dilanjutkan hingga dua pekan ke depan. Sejauh ini, Anies belum menarik 'rem darurat' seperti yang dilakukan pada pertengahan September 2020.
Padahal perkembangan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Jakarta lumayan menyeramkan. Kementerian Kesehatan melaporkan, jumlah pasien positif corona di Jakarta per 29 Desember 2020 adalah 179.660 orang. Bertambah 2.056 orang (1,16%) dibandingkan sehari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir (16-29 Desember 2020), rata-rata pasien positif bertambah 1.753 orang dalam sehari. Melonjak dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yakni 1.229 orang per hari.
Hal yang patut menjadi perhatian adalah rasio temuan kasus positif terhadap jumlah tes (positivity rate). Rata-rata dalam 14 hari terakhir mencapai 12,04%. Lebih tinggi ketimbang 14 hari sebelumnya yatu 10,23%.
Artinya, warga Jakarta semakin mudah terinfeksi virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu. Amit-amit, tetapi virus corona memang semakin mengepung.
Perkembangan ini sempat memunculkan wacana pemerintah provinsi bakal kembali 'rem darurat'. Adalah Wakil Gubernur Ahmad Riza Patria yang menggulirkan wacana tersebut.
"Kita akan lihat nanti dalam beberapa hari ke depan, setelah tanggal 3 Januari, apakah dimungkinkan nanti Pak Gubernur ada emergency brake atau yang lain. Nanti kami akan lihat sesuai dengan fakta dan data," kata Riza, belum lama ini.
Namun ternyata Anies enggan mengulangi kebijakan yang ditempuhnya pada September tahun lalu itu. Malam tadi, pemerintah mengumumkan PSBB Transisi kembali diberlakukan. Artinya, 'keran' aktivitas dan mobilitas warga masih dibuka meski ada pembatasan di sana-sini.
Ketika Anies menarik 'rem darurat' pada September lalu, masyarakat dan dunia usaha syok tidak keruan. Berbagai data mulai dari Purchasing Managers' Index, Indeks Keyakinan Konsumen, hingga penjualan ritel ambruk.
Oleh karena itu, pilihan Anies yang jatuh ke PSBB Transisi membuat pelaku pasar lega. Pasalnya, momentum pemulihan ekonomi nasional terus berlangsung dan ini bisa ambyar jika PSBB ketat lagi.
Ini terlihat dari rilis data aktivitas manufaktur. Indikator yang mengukur aktivitas manufaktur adalah data Purchasing Managers' Index (PMI) keluaran IHS Markit.
PMI menggunakan angkan 50 sebagai titik mula. Kalau di atas 50, maka artinya dunia usaha berada di fase ekspansi yang hasilnya akan terlihat dalam beberapa bulan ke depan.
Pada Desember 2020, IHS Markit melaporkan PMI manufaktur Indonesia berada di 51,3. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 50,6.
Angka 51,3 adalah yang tertinggi sejak Februari 2020. Artinya, ada kemungkinan aktivitas manufaktur sudah kembali ke masa sebelum pandemi.
"Dunia usaha di Indonesia sangat positif dalam mengakhiri 2020. Memang perjalanan menghadapi pandemi virus corona masih panjang, tetapi industriawan percaya diri terhadap prospek 2021,"sebut Andrew Harker, Ekonom IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis.
TIM RISET CNBC INDONESIA