Rupiah Kesurupan Apa Sih? Kok Galak Banget?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 January 2021 12:52
rupiah
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah mengawali perjalanan 2021 dengan sangat mantap. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), mata uang Tanah Air menguat signifikan.

Pada Senin (4/1/2021) pukul 12:00 WIB, US$ setara dengan Rp 13.865. Rupiah menguat 1,25% dibandingkan posisi sebelum libur Tahun Baru.

Kala pembukaan pasar, rupiah sudah menguat 1% ke Rp 13.900/US$. Seiring perjalanan, penguatan rupiah semakin tebal sehingga menyentuh titik terkuat sejak pertengahan 2020.

Di level Asia, rupiah bisa jemawa. Penguatan lebih dari 1% membuat rupiah menjadi yang terbaik di Benua Kuning.

Penguatan rupiah ditopang oleh derasnya arus modal ke pasar keuangan Indonesia. Pada pukul 11:29 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan yang sempat melemah berbalik menguat 0,96% ke 6.036,61. Investor asing membukukan beli bersih Rp 78,19 miliar.

Sementara di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) untuk hampir seluruh tenor bergerak turun. Penurunan yield menandakan harga instrumen ini sedang naik karena tingginya minat pelaku pasar.

Setelah 2020 yang, ya begitu lah, investor (dan seluruh dunia) yakin bahwa 2021 akan lebih baik. Sebab, kini umat manusia sudah punya 'senjata' untuk melawan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yaitu vaksin.

Vaksin buatan Pfizer-BioNTech, Moderna, sampai AstraZaneca-Universitas Oxford sudah mulai digunakan di sejumlah negara. Jika vaksin ini efektif dan sudah disuntikkan ke sebagian besar populasi bumi, maka akan terbentuk kekebalan kolektif (herd immunity) sehingga rantai penularan bisa terputus.

Selamat tinggal pandemi, selamat tinggal masa-masa penuh keprihatinan. Selamat datang hidup normal...

Sementara dari dalam negeri, investor angkat topi karena pemulihan ekonomi Ibu Pertiwi sepertinya berada di lajur yang tepat. Ini terlihat dari rilis data aktivitas manufaktur.

Indikator yang mengukur aktivitas manufaktur adalah data Purchasing Managers' Index (PMI) keluaran IHS Markit. PMI menggunakan angkan 50 sebagai titik mula. Kalau di atas 50, maka artinya dunia usaha berada di fase ekspansi yang hasilnya akan terlihat dalam beberapa bulan ke depan.

Pada Desember 2020, IHS Markit melaporkan PMI manufaktur Indonesia berada di 51,3. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 50,6.

Angka 51,3 adalah yang tertinggi sejak Februari 2020. Artinya, ada kemungkinan aktivitas manufaktur sudah kembali ke masa sebelum pandemi.

"Dunia usaha di Indonesia sangat positif dalam mengakhiri 2020. Memang perjalanan menghadapi pandemi virus corona masih panjang, tetapi industriawan percaya diri terhadap prospek 2021,"sebut Andrew Harker, Ekonom IHS Markit, seperti dikutip dar keterangan tertulis.

Manufaktur adalah komponen utama penggerak ekonomi nasional dari sisi lapangan usaha. Sumbangan sektor ini terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) hampir mencapai 20%.

Sektor manufaktur juga memberi sumbangsih yang tidak sedikit terhadap penciptaan lapangan kerja. Per Agustus 2020, industri ini menampung 13,61% angkatan kerja. Hanya kalah dari sektor pertanian dan perdagangan.


Oleh karena itu, kebangkitan sektor manufaktur menjadi pertanda bahwa pemulihan ekonomi Indonesia adalah sesuatu yang nyata. Asal tidak ada pengetatan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sepertinya proses pemulihan ekonomi nasional akan terus berada di jalan yang benar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular