
Melempem Terus, Emas Bisa Tembus US$ 2.000 Lagi di 2021?

Kepala riset komoditas di BNP Paribas, Harry Tchilinguirian, memprediksi harga emas memiliki momentum penguatan untuk kembali ke atas US$ 2.000/troy ons di semester I-2020. Tetapi setelahnya emas akan kehabisan tenaga di paruh kedua 2020.
Tchilinguirian melihatk, yield riil yang negatif akibat suku bunga rendah The Fed, menjadi faktor kunci emas akan kembali menguat.
"Yield riil yang negatif akan sangat penting dalam 2 kuartal ke depan. Tetapi setelahnya situasi sedikit berubah karena investor akan melihat perbaikan ekonomi," kata Tchilinguirian sebagaimana dilansir Kitco, Senin (28/12/2020).
Tchilinguirian melihat harga emas akan melewati level US$ 2.000/troy ons di kuartal II-2020, dengan rata-rata di kisaran US$ 2.010/troy ons. Sementara itu, sepanjang tahun 2021, BNP Paribas memberikan outlook netral, dengan rata-rata harga di US$ 1.945/troy ons.
Pandangan bullish (tren naik) diberikan oleh Peter Hug, direktur global trading Kitco Metal. Ia melihat potensi kenaikan inflasi yang akan memicu penguatan harga emas.
"Jika anda optimistis dan membayangkan banyak orang sudah divaksinasi dan sembuh, maka perekonomian akan lepas landas di semester II-2020. Maka skenario kenaikan inflasi akan menjadi nyata, yang tentunya positif untuk emas," kata Hug, sebagaimana dilansir Kitco, Jumat (18/12/2020).
Saat inflasi mulai naik, maka emas diprediksi akan melesat ke US$ 2.500 sampai US$ 3.000/troy ons di semester II-2020.
"Rekor tertinggi sepanjang masa emas yang dicapai tahun ini akan dilewati. Jika inflasi melesat lagi, emas akan menguat ke US$ 2.500 sampai US$3.000/troy ons sangat mungkin terjadi, sampai bank sentral mulai mengetatkan kebijakan moneter. Tetapi, pengetatan tersebut baru akan dilakukan setahun setelahnya, atau mungkin lebih lama," tambah Hug.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]
