Gegara Trump, Kurs Dolar Australia Cetak Rekor 3 Bulan

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 December 2020 16:38
An Australia Dollar note is seen in this illustration photo June 1, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration
Foto: Dolar Australia (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Senin (28/12/2020) hingga menyentuh level tertinggi dalam lebih dari 3 bulan terakhir.

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang menandatangani rancangan undang-undang (RUU) stimulus fiskal membuat sentimen pelaku pasar membaik, dan mendongkrak kinerja dolar Australia.

Pada pukul 14:40 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.779,47, dolar Australia menguat 0,24% di pasar spot. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak 18 September.

Presiden Donald Trump akhirnya menandatangani rancangan undang-undang (RUU) stimulus fiskal US$ 900 miliar yang di-bundle dengan anggaran belanja pemerintah hingga September 2021 sebesar US$ 1,4 triliun.

Pada pekan lalu, Trump mengejutkan pasar, melalui akun Twitternya, ia menyebut stimulus senilai US$ 900 miliar sebagai "aib". Dalam stimulus fiskal tersebut, Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang diperoleh warga AS sebesar US$ 600/orang, setengah dari yang diterima sebelumnya yakni US$ 1.200/orang. Untuk pasangan yang menikah BLT yang diperoleh sebesar US$ 1.200, dan US$ 600 untuk tanggungan anak.

Hal tersebut yang dipermasalahkan oleh Trump. Ia juga meminta Kongres AS untuk menaikkan BLT senilai US$ 600 menjadi US$ 2.000 per orang, dan US$ 4.000 untuk pasangan yang menikah.

Pasar dibuat cemas Trump tidak akan meneken RUU tersebut, jika terjadi maka stimulus fiskal tidak akan cair, serta pemerintahan AS terancam tutup (shutdown). Sebab anggaran untuk menjalankan pemerintahan AS akan habis pada hari ini 28 Desember 2020.

Dengan ditekennnya RUU tersebut menjadi undang-undang, artinya pemerintahan AS terhindar dari shutdown, yang membuat sentimen pelaku pasar kembali membaik.

Dolar Australia merupakan mata uang bertipe "risk-on", alias akan diuntungkan saat sentimen pelaku pasar membaik dan memburu aset-aset berisiko. Rupiah sebenarnya juga diuntungkan saat sentimen pelaku pasar membaik, sebab aliran modal akan masuk ke Indonesia dan menjadi modal untuk menguat.

Tetapi sayangnya hal tersebut tidak terjadi hari ini, sebab tren penambahan kasus penyakit virus corona (Covid-19) di Indonesia yang masih tinggi.

Apalagi Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta memberi sinyal akan menarik rem darurat dengan cara memperketat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jika kasus Covid-19 terus meningkat.

Sinyal itu disampaikan Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria usai Seminar Silaturahmi Nasional Lintas Agama di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Minggu (27/12/2020).

"Kita lihat nanti dalam beberapa hari ke depan, setelah tanggal 3 Januari apakah dimungkinkan nanti pak Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, apakah ada emergency brake atau yang lain nanti kami akan melihat sesuai dengan fakta dan data," katanya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia 2 Hari KO, Bukti Rupiah Perkasa Meski Libur

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular