
Dolar Australia 2 Hari KO, Bukti Rupiah Perkasa Meski Libur

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia turun dalam 2 hari terakhir menyentuh level terlemah dalam 3 bulan terakhir terhadap rupiah. Pergerakan tersebut menjadi bukti rupiah masih perkasa di pasar luar negeri.
Pasar finansial Indonesia libur sejak Rabu (28/10/2020) lalu, baru dibuka lagi pada Senin (2/11/2020). Meski demikian rupiah melawan dolar Australia tetap diperdagangkan di pasar luar negeri. Melansir data Refinitiv, kurs dolar Australia melemah 0,23% dan 2 hari lalu merosot 1,18%.
Pergerakan tersebut menunjukkan rupiah masih tetap perkasa saat pasar dalam negeri libur. Bahkan, jika dilihat sejak awal pekan, rupiah mampu terus menguat dengan total 1,7%.
Sementara pada hari ini, Jumat (20/11/2020), dolar Australia menguat 0,3% ke Rp 10.305,64.AU$. Wajar saja, dolar Australia bangkit setelah merosot selama 4 hari, apalagi pekan depan bakal dirilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Indonesia sudah pasti mengalami yang pertama kalinya dalam 22 tahun terakhir, tetapi seberapa besar kontraksi ekonomi yang menjadi misteri, dan dinanti pelaku pasar.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan ekonomi kuartal III-2020 akan berada di kisaran minus 1% hingga 2,9%.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2020 akan dirilis pada 5 November mendatang, setelah mengalami kontraksi 5,32% di kuartal II-2020.
Sementara itu, perekonomian Australia justru diprediksi tumbuh positif di kuartal III-2020. Wakil Gubernur bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) Guy Debelle mengatakan produk domestic bruto (PDB) di kuartal III-2020 kemungkinan akan tumbuh setelah mengalami kontraksi (tumbuh negatif) 2 kuartal beruntun.
Di kuartal II-2020, PDB mengalami kontraksi 7% quarter-on-quarter (QoQ), sementara di 3 bulan pertama tahun ini minus 0,3% QoQ. Yang artinya Australia mengalami resesi teknikal.
Secara tahunan atau year-on-year (YoY, di kuartal II lalu PDB minus 6,3%, sementara di kuartal I masih tumbuh 1,6% YoY.
Debelle mengatakan, lockdown di Negara Bagian Victoria akibat serangan virus corona gelombang kedua cukup membebani PDB, tetapi di negara bagian lainnya pertumbuhan ekonomi cukup solid.
"Pemulihan ekonomi di negara bagian lainnya mampu mengimbangi kontraksi di Victoria, bahkan bisa membawa PDB tumbuh. Kemungkinan penurunan di Victoria juga tidak seburuk perkiraan kami di bulan Agustus," kata Debelle sebagaiamana dilansir Reuters, Selasa (27/10/2020).
Sementara itu, Biro Statistik Australia Rabu pagi melaporkan indeks harga konsumen (IHK) naik atau mengalami inflasi di kuartal III-2020 sebesar 1,6% QoQ, dari 3 bulan sebelumnya yang turun (deflasi) 1,9% QoQ. Inflasi tersebut lebih tinggi proyeksi Reuters sebesar 1,5%.
Sementara secara tahunan, terjadi inflasi 0,7% YoY setelah mengalami deflasi 0,3% YoY di kuartal II-2020.
IHK inti juga mengalami inflasi 0,4% QoQ, lebih tinggi dari proyeksi Reuters 0,3% QoQ dan dari sebelumnya deflasi 0,1% QoQ.
Meski ditopang data ekonomi yang bagus, serta proyeksi pertumbuhan ekonomi, nyatanya dolar Australia masih merosot. Hal tersebut menjadi bukti jika rupiah masih perkasa meski pasar dalam negeri sedang libur.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Omicron Meneror Australia, Dolarnya Lesu Lawan Rupiah