
Rupiah Perkasa, tapi Bisa ke Bawah Rp 14.000/US$ Gak?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (28/12/2020), setelah melemah 0,5% sepanjang pekan lalu, dimana perdagangan hanya berlangsung selama 3 hari. Sebab Kamis dan Jumat pekan lalu libur dalam rangka hari Raya Natal.
Di pekan ini, perdagangan juga akan berlangsung selama 3 hari, sebab Kamis (31/12/2020) cuti bersama menyambut tahun baru.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.150/US$, sempat melemah 0,11% ke Rp 14.165/US$, rupiah kemudian berbalik menguat 0,07% di Rp 14.140/US$ dan bertahan di level tersebut hingga pukul 12:00 WIB.
Sentimen poisitif dagang dari AS pagi ini, Presiden Donald Trump akhirnya menandatangani rancangan undang-undang (RUU) stimulus fiskal US$ 900 miliar yang di-bundle dengan anggaran belanja pemerintah hingga September 2021 sebesar US$ 1,4 triliun.
Pada pekan lalu, Trump mengejutkan pasar, melalui akun Twitternya, ia menyebut stimulus senilai US$ 900 miliar sebagai "aib". Dalam stimulus fiskal tersebut, Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang diperoleh warga AS sebesar US$ 600/orang, setengah dari yang diterima sebelumnya yakni US$ 1.200/orang. Untuk pasangan yang menikah BLT yang diperoleh sebesar US$ 1.200, dan US$ 600 untuk tanggungan anak. Sama dengan program CARES Act, BLT hanya diberikan sekali saja.
Hal tersebut yang dipermasalahkan oleh Trump. Ia juga meminta Kongres AS untuk menaikkan BLT senilai US$ 600 menjadi US$ 2.000 per orang, dan US$ 4.000 untuk pasangan yang menikah.
Pasar dibuat cemas Trump tidak akan meneken RUU tersebut, jika terjadi maka stimulus fiskal tidak akan cair, serta pemerintahan AS terancam tutup (shutdown). Sebab anggaran untuk menjalankan pemerintahan AS akan habis pada hari ini 28 Desember 2020.
Dengan ditekennnya RUU tersebut menjadi undang-undang, artinya pemerintahan AS terhindar dari shutdown, yang membuat sentimen pelaku pasar kembali membaik.
Selain itu, dengan cairnya stimulus fiskal, jumlah uang beredar di perekonomian AS akan bertambah, secara teori nilai tukar dolar AS akan melemah.
Hal tersebut membuat rupiah menguat hingga pertengahan perdagangan hari ini, bahkan berpotensi dipertahankan hingga penutupan melihat pergerakan di kurs non-deliverable forward (NDF) yang siang ini lebih kuat ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan.
Periode | Kurs Pukul 8:54 WIB | Kurs Pukul 11:54 WIB |
1 Pekan | Rp14.181,00 | Rp14.145,8 |
1 Bulan | Rp14.211,00 | Rp14.176,0 |
2 Bulan | Rp14.249,20 | Rp14.219,0 |
3 Bulan | Rp14.286,00 | Rp14.255,8 |
6 Bulan | Rp14.381,40 | Rp14.374,1 |
9 Bulan | Rp14.521,00 | Rp14.510,9 |
1 Tahun | Rp14.666,40 | Rp14.621,9 |
2 Tahun | Rp15.490,00 | Rp15.390,0 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Meski demikian, kurs NDF periode 1 pekan masih cukup jauh dari Rp 14.000/US$, sehingga peluang untuk menembus ke bawah level di akhir tahun ini cukup tipis.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
