Jakarta, CNBC Indonesia - Tinggal 3 hari perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan berakhir tahun ini pada 30 Desember mendatang. Setelah itu pasar saham dalam negeri akan dibuka kembali pada Senin 4 Januari 2021.
Sejauh ini, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai membaik seiring dengan beberapa sentimen, di antaranya proyeksi pertumbuhan ekonomi di tahun depan dengan adanya vaksin Covid-19.
Meski koreksi di Rabu pekan lalu (23/12), tapi secara 6 bulan terakhir, IHSG terbang 23% sehingga mengikis penurunan secara tahun berjalan (year to date/ytd) hanya terkoreksi 4,62% sejak Januari. IHSG ditutup minus 0,24% di posisi 6.008,71, pada perdagangan Rabu lalu jelang libur Natal dan Tahun Baru 2021.
Satu hal yang selalu menjadi sorotan investor saham ialah aksi korporasi perusahaan BUMN di tahun depan.
Hal ini sebetulnya sudah disinyalkan oleh Menteri BUMN Erick Thohir. Ketika itu, pendiri Mahaka Media ini mengungkapkan pada 2021 akan ada dua aksi korporasi terbesar sepanjang sejarah RI.
Erick mengungkapkan hal ini di acara CNBC Indonesia Award 2020 yang digelar di Auditorium Bank Mega, Kamis (10/12/2020).
"Tahun 2021 saya pastikan ada 2 Corporate Action besar," kata Erick yang mendapatkan CNBC Indonesia Award sebagai Most Influential Minister.
"Satu, adalah penggabungan bank syariah," kata Erick.
Penggabungan ini dilakukan dengan memergerkan Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah BNI, dan juga Bank BRISyariah. "Nanti akan ada alternatif pembiayaan terbesar di Indonesia dengan aset Rp 250 triliun," terang Erick.
Sentimen ini disambut pasar. Buktinya, data BEI mencatat saham PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS), menjadi saham di urutan pertama top gainers sepanjang tahun ini, dari Januari hingga 23 Desember lalu. Saham BRIS meroket 587,88% di Rp 2.270, dan ditransaksikan mencapai Rp 31,7 triliun.
Erick mengatakan, selama ini perbankan syariah tidak punya tingkat kompetisi yang sangat kuat.
"Alhamdulillah dengan merger bank syariah bisa meningkatkan, memposisikan bank syariah di Indonesia bisa top 10 di antara bank-bank besar yang ada di Indonesia."
"Dan kita menargetkan bank syariah yang dikonsolidasikan ini di tahun 2025 bisa masuk top 10 dunia. Hal ini sebagai alternatif. Sama seperti korporasi, UMKM, kita juga harus bicara syariah."
Dia mengatakan, tujuannya ialah untuk mendukung, memudahkan, modal dari inisiasi dari pengusaha yang akan membuka dan mengembangkan lapangan kerja.
Lebih jauh Erick juga mengatakan, aksi korporasi yang kedua adalah dengan menggabungkan sektor usaha mikro.
Penggabungan usaha mikro ini akan melibatkan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Pegadaian (Persero), dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero)/PNM.
"Agar ada database riil UMKM. Kita harap dengan penggabungan satu data ada pengusaha naik kelas dari yang kecil, karena dari krisis 1998 kita ingat yang besar padahal usaha kecil yang tingkat NPL 0,1% sangat terdampak Covid-19," terangnya.
Manajemen BRI pun memberikan penjelasan terkait dengan informasi kabar dari Menteri BUMN Erick Thohir soal penggabungan bisnis UMKM BRI, Pegadaian, dan PNM ini.
Corporate Secretary BBRI, Aestika Oryza Gunarto, mengatakan perseroan selalu merencanakan pertumbuhan bisnis, baik secara organik maupun non organik.
Rencana ini memang sesuai dengan Rencana Bisnis Bank yang sejalan dengan fokus bisnis perseroan.
"Dalam hal ini diperlukan aksi korporasi untuk mewujudkan rencana bisnis tersebut, perseroan sebagai perusahaan terbuka akan memenuhi ketentuan dan peraturan yang berlaku," katanya, dalam surat penjelasan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), tanpa menyebutkan detail rencana yang dimaksud.
Sentimen ini pun membuat saham BBRI cuan 29,19% dalam 3 bulan terakhir, kendati masih kalah dengan pergerakan saham anak usahanya, BRIS. Rabu pekan lalu (23/12), saham BBRI ditutup naik tipis 0,73% di posisi Rp 4.160/saham, dengan kapitalisasi pasar Rp 513,12 triliun.
Dalam pengumuman di BEI, BRI sudah mengumumkan kepada Pemegang Saham bahwa Bank BRI akan diselenggarakannya Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Kamis, 21 Januari 2021. Rapat dilaksanakan antara lain karena permintaan Dewan Komisaris.
Pada pekan lalu (16/12), Menteri Erick Thohir mengungkapkan beberapa alasan pentingnya menggabungkan data UMKM, termasuk yang dimiliki oleh BBRI, Pegadaian, dan PNM.
Erick mengatakan tujuan sinergi tersebut tentunya untuk mendorong pengusaha kecil untuk naik kelas, UMKM yang semula tidak bankable bisa masuk kategori layak mendapatkan kredit perbankan.
"Pembiayaan ultra mikro juga sama, menggabungkan satu data UMKM dengan upaya kita, pengusaha kecil naik kelas. Ultra mikro yang tadinya tidak bankable, naik kelas jadi bankable. Yang tadinya pinjaman Rp 2 juta karena track record bagus akhirnya mendapatkan pinjaman Rp 50 juta. Hal-hal ini kita gabungkan dan efisienkan," kata Erick dalam Indonesia Digital Conference 2020, Rabu (16/12/2020).
Selain itu, bunga kredit juga menjadi alasan Erick dengan adanya sinergi BRI-PNM-Pegadaian.
"Salah satu yang kita tekankan di sini adalah bunga. Jangan sampai [pengusaha] yang kecil dapat bunga mahal, yang besar dapat bunga murah karena struktur keuangannya. Contoh, PNM ketika menerbitkan untuk kebutuhan dananya mungkin [kasih] 9 persen, tapi BRI dengan market besar pinjamannya 3 persen."
Sebab itu, diharapkan ke depan Bank BRI yang berskala besar bisa membantu kapasitas PNM, sehingga nasabah dari pengusaha usaha kecil mendapatkan bunga atau sistem bagi hasil yang baik.
"Jangan kita ini berat ke yang kaya-kaya, tapi yang miskin pembiayaan yang lebih mahal."