
Endeus! 5 Saham Perbankan Ini Cuan Ratusan Persen di 2020

Jakarta, CNBC Indonesia - Ada belasan saham yang mengalami apresiasi harga lebih dari 100% sepanjang tahun ini. Lima di antaranya adalah saham emiten perbankan. Kenaikan yang tinggi tersebut tidak terlepas dari adanya sentimen dan aksi korporasi yang menjadi katalis pendongkrak kenaikan kapitalisasi pasarnya.
Jawara pertama saham perbankan paling cuan tahun ini adalah PT Bank Jago Tbk (ARTO). Dulunya memiliki nama PT Bank Artos Tbk dan masuk ke dalam kelompok bank BUKU I. Harga saham ARTO melesat 773% secara year to date (ytd).
Harga saham ARTO naik gila-gilaan setelah keluarga Arto Hadi sang pemegang saham pengendali melepas kepemilikan sahamnya ke PT Metamorphosis Ekosistem Indonesia yang dinahkodai oleh bankir senior Jerry Ng dan investor Gojek Patrick Walujo melalui Wealth Track Technology.
Kedua investor baru ARTO tersebut kini mengusai 51% saham bank dengan aset Rp 1,7 triliun tersebut. Desas-desus yang beredar di pasar di awal menyebut ARTO akan menjadi Bank Gojek.
Rumor tersebut akhirnya terbukti. Gojek melalui sayap keuangannya yaitu PT Dompet Anak Bangsa (Gopay) mengakuisisi 22% saham ARTO dengan nilai transaksi sebesar Rp 2,77 triliun. Bersama Gopay, ARTO yang memang didesain untuk menjadi bank digital siap untuk meningkatkan inklusi keuangan di Tanah Air melalui teknologi.
Saham bank kedua yang harganya meroket tajam di tahun ini ada PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS). Tak tanggung-tanggung apresiasinya mencapai 588%. Sebelumnya lebih dari 70% saham BRIS dikuasai oleh bank pelat merah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Kenaikan harga saham BRIS menyusul keputusan Menteri BUMN Erick Thohir untuk melakukan konsolidasi bank-bank syariah anak usaha bank BUMN RI. BRIS merupakan kode emiten dari surviving entity penerima penggabungan antara PT Bank BRIsyariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah (BNIS).
Rencana penggabungan tersebut kian dimatangkan dan bank tersebut akan berubah nama menjadi PT Bank Syariah Indonesia Tbk dengan kode saham tetap BRIS. Aksi merger ini akan menghasilkan bank syariah dengan aset terbesar di kelompoknya.
Kenaikan harga saham BRIS juga turut mengerek harga saham entitas anak usaha BBRI lainnya yaitu PT BRI Agroniaga Tbk. Bank dengan kode emiten AGRO tersebut 87% sahamnya dikuasai oleh BBRI dan sebanyak 5,25% dikusasi oleh Dane Pensiun (Dapen) Perkebunan.
Pelaku pasar turut berspekulasi bahwa aksi merger tiga bank syariah menjadi sentimen positif bagi AGRO sehingga membuat harganya mampu melesat hingga 423% sepanjang tahun ini.
Saat ini sendiri terdapat 2 rumor yang sedang santer beredar di kalangan para pelaku pasar yakni rumor bahwa AGRO akan diuntungkan dari merger BRI, PNM, dan Pegadaian serta rumor bahwa AGRO akan dijadikan bank digital oleh BRI. Meskipun menurut penelusuran Tim Riset CNBC Indonesia kedua rumor tersebut masih belum terkonfirmasi kebenaranya.
Di posisi keempat ada PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI). Bank yang masuk ke dalam BUKU I ini resmi diakuisisi oleh pengusaha kondang sekaligus orang terkaya ke-9 di RI Chairul Tanjung melalui Mega Corpora.
Dalam akuisisi ini, pemegang saham BBHI yakni PT Hakimputra Perkasa menjual 3,08 miliar saham atau 73,71% saham ke PT Mega Corpora, perusahaan milik Chairul. Rencananya BBHI akan dijadikan bank digital untuk ke depan.
Praktik bank digital semakin marak di Indonesia. Pelaku usaha maupun pelaku pasar melihat adanya model bisnis digital banking sebagai sentimen positif dan mesin pertumbuhan untuk ekonomi Indonesia ke depan.
Keberadaan model bank digital yang cenderung branchless ini diyakini bisa meningkatkan inklusi keuangan di Tanah Air mengingat masih tingginya populasi unbanked di Indonesia yang dibarengi dengan tingginya penetrasi internet serta penggunaan smartphone di kalangan masyarakat.
Adanya model bisnis bank digital dinilai lebih efisien dalam penggunaan modal serta potensi jangkauan yang lebih luas. Akibat sentimen ini harga saham BBHI berhasil menguat 297% tahun ini.
Terakhir ada saham PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) yang berhasil melesat 187%. Kenaikan harga saham BBKP cenderung baru terjadi belakangan ini menyusul adanya katalis positif dari pernyataan Kementerian BUMN soal pengelolaan aset negara, saham di BBKP dan PT Indosat Tbk (ISAT).
Pengelolaan itu seiring dengan transfer yang sudah diberikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kepada Menteri BUMN Erick Thohir. Informasi itu disampaikan Erick Thohir di depan Komisi VI DPR, awal Desember lalu.
Sedangkan di Bukopin, pemerintah masih memiliki satu juta lot saham BBKP atau berkisar 3,06%. Untuk pengendali sahan BBKP sendiri sudah beralih dari grup Bosowa ke Kookmin Bank Co. Ltd sebagai pengendali baru yang merangkul 67% saham BBKP.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Melonjak Terus, BBHI Bisa Jadi The Next ARTO?