Kabar Baik! Kredit Bank Bakal Pulih 2021, Ini 3 Alasannya

Cantika Adinda Putri & Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
28 December 2020 07:21
Ilustrasi Nasabah Bank BRI/Muhammad Sabqi
Foto: Ilustrasi Nasabah Bank BRI/Muhammad Sabqi

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) meramal nilai laju kredit perbankan akan tumbuh antara 7-9% pada tahun depan seiring dengan mulai pulihnya aktivitas ekonomi. Setidaknya ada tiga alasan yang membuat BI optimistis akan kinerja bank tahun depan.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan tahun depan memang ada optimisme untuk pemulihan ekonomi 2021.

Selain itu, ada dukungan penuh BI dengan melakukan sinergi kebijakan nasional untuk mendukung PEN (pemulihan ekonomi nasional).

"BI optimis pemulihan ekonomi sudah berlangsung dan di 2021 makin baik," kata Perry dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia 2021, secara virtual yang disaksikan di Hotel Kempinski, pekan lalu, Selasa (22/12/2020).

Dia menjelaskan, untuk pertumbuhan ekonomi atau PDB Indonesia mulai positif di triwulan 4-2020, sehingga akan meningkat menjadi 4,8 -5,8% pada tahun 2021.

Tingkat inflasi juga kurang dari 2% dan tahun depan bisa antara 3+1%, sementara itu defisit transaksi berjalan atau CAD (current account deficit) bisa di bawah 1,5% dari PDB di tahun ini, dan tahun depan antara 1-2% dari PDB.

"Kredit tahun depan bisa tumbuh 7-9%," jelasnya.

Dia menjelaskan, ada tiga alasan penting untuk mendukung optimisme ini.

Pertama, sumber PDB 2021 akan semakin baik, di mana sumber PDB pertama dari ekspor.

Kinerja ekspor Indonesia membaik, dan tahun depan semakin baik ini didukung oleh pertumbuhan ekonomi global yang juga akan positif.

"PDB global 2021 kami perkirakan 5% dan tahun ini -3,8% terutama mitra dagang utama kita. China bisa tumbuh 7,8% dan juga AS 4,3%, ini adalah sumber pertumbuhan ekonomi dari ekspor."

Kemudian dari konsumsi baik swasta maupun pemerintah. Lalu dari investasi, dari belanja modal pemerintah dan juga investasi swasta dengan adanya UU Cipta Kerja (Omnibus Law).

Kedua, adanya vaksinasi. Vaksinasi itu akan berlangsung meski secara bertahap dan memungkinkan mobilitas manusia semakin meningkat dan mobilitas ekonomi semakin baik.

"Vaksinasi ini istilah kami prasyarat dukung pemulihan ekonomi. BI juga berpartisipasi dalam pembiayaan vaksinasi. Mekanisme burden sharing [pembagian pendanaan Kemenkeu dan BI] adalah total public goods Rp 397,56 triliun di mana semua dana dari BI dan biaya dari BI, antara lain untuk biaya kesehatan."

"Ini wujud komitmen BI untuk mendanai vaksinasi, dengan koordinasi dengan pemerintah melalui Menkeu."

"Dengan adanya vaksinasi maka sektor-sektor bisa dibuka secara bertahap dan melakukan produksi dan investasi lebih baik. Sektor-sektor yang bisa dukung PDB dan ekspor. Baik mamin [makanan dan minuman], kimia farmasi, pertambangan khususnya logam dan industri lain."

Ketiga, sinergi kebijakan yang sangat erat antara pemerintah, BI, OJK, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), perbankan, dan dunia usaha yang sama-sama membangun optimisme pemulihan ekonomi.

"Sinergi inilah, stimulus fiskal terus berlanjut. BI akan lanjutkan stimulus moneter dan digitalisasi keuangan di RI. Tiga alasan tadi, sumber PDB, vaksinasi, dan sinergi kebijakan nasional ini dukung optimisme, kami pemulihan ekonomi di 2021 dengan tetap jaga stabilitas makro ekonomi."

Terkait dengan proyeksi laju kredit bank, angka prediksi BI lebih tinggi dari ramalan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memproyeksikan penyaluran kredit pada tahun depan akan tumbuh menjadi 6-7%.

Dana pihak ketiga (DPK) juga diprediksi tumbuh double digit 10-12% pada tahun depan. Sebelumnya, per Oktober 2020, laju penyaluran kredit perbankan tercatat mengalami kontraksi sebesar -0,47% secara tahunan, sedangkan DPK tumbuh 12,12% yoy (year on year).

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan untuk tahun ini laju kredit berat lantaran belum adanya pemulihan dari kredit-kredit korporasi, lantaran kredit ditopang oleh UMKM saat ini.

"Sumber pertumbuhan yang ada didorong dari konsumsi, karena sekarang pertumbuhan kredit itu dari UMKM. Korporat memang ada kendala, karena korporat ini lebih banyak masih belum genjot produksi secara full, karena demand belum menyerap produksi full," katanya.

"Ini sejalan bahwa produksi harus digenjot lebih besar, dengan indikasi-indikasi peningkatan konsumsi dan beberapa indikator yang sudh kita sampaikan," kata Wimboh.

"Pada 2021 akan lebih mudah bagi kita dan kami perkirakan dengan berbagai hal, rencana bisnis bank kita perkirakan akhir tahun ini mencapai 2-3% untuk laju perkreditannya. kelihatannya sangat berat dengan ke track down dari kredit-kredit korporasi."

"Di 2021 [laju kredit] lebih banyak kompensasi penurunan semasa Covid juga berat. Kami memperkirakan tidak seperti di tahun-tahun sebelumnya, kredit itu normal back to normal 7-8%, tapi kita sedikit kendala bagaimana kita harus kompensasi penurunan di 2020 ini. Mungkin tidak terlalu besar, mungkin [kredit] sekitar 6-7% bisa tercapai dengan berbagai program bisa dijalankan."

Adapun DPK menurut Wimboh tidak ada kendala. "Kelihatannya sampai masih 10-12% dan juga di pasar modal kami agak optimistis dengan raising fund bisa capai Rp 150-180 triliun."


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos BI: Suku Bunga Kredit Perbankan Masih Bisa Turun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular