Pelantikan Sandi dilakukan pada Rabu (23/12), bersama dengan lima menteri barunya lainnya, di Istana Negara, dan lima wakil menteri (wamen).
Sesuai dengan ketentuan, total keenam menteri baru harus melaporkan total harga kekayaannya kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Sandiaga juga sebelum tercatat memiliki beberapa emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebut saja PT Saratoga Investama Tbk (SRTG), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).
Berdasarkan data daftar kekayaan yang dilaporkan, total kekayaannya mencapai Rp 5,09 triliun atau detailnya yakni Rp 5.099.960.524.965 per akhir 2018. Kekayaannya ini berupa tanah, bangunan dan uang kas.
Nilai kekayaannya paling besar berupa aset surat berharga senilai Rp 4.707.615.685.758.
Asetnya berupa tanah terletak di beberapa daerah mulai dari Jakarta Selatan dan Tangerang, Singapura hingga Amerika Serikat. Nilai aset tanah ini mencapai Rp 191.644.398.989.
Tercatat dia juga memiliki utang senilai Rp 340.028.135.379.
Meski demikian, Sandi lewat perusahaan yang didirikan bersama Edwin Soeryadjaya (anak pendiri Grup Astra, mendiang William Soeryadjaya) juga memiliki investasi di beberapa saham di Bursa Efek Indonesia dan bursa efek luar negeri, termasuk di Singapura dan Australia.
Mengacu laporan keuangan, di Saratoga Investama, perusahaan yang menjadi kendaraan bisnis Sandi dan Edwin, Sandiri secara pribadi punya 21,51% saham SRTG atau setara dengan 583.565.429 saham.
Jika memakai harga terakhir saham SRTG di level Rp 3.950/saham pada Rabu lalu (23/12), maka nilai valuasi saham Sandi di SRTG mencapai Rp 2,31 triliun.
Investasi saham ini naik dari Maret 2020, ketika harga saham SRTG masih di level Rp 2.800-an. Saat itu nilai valuasi saham Sandi di SRTG senilai Rp 1,63 triliun.
Sementara saham terbesar SRTG per September 2020, dipegang oleh PT Unitras Pertama sebesar 32,72%, Michael WP Soeryadjaya 0,05%, Devin Wirawan 0,005%, Lany Djuwita 0,001%, dan investor publik 11,94%.
Pemegang saham mayoritas akhir Unitpras Pertama adalah Edwin Soeryadjaya, sang Presiden Komisaris SRTG.
Mari kita bedah satu-satu saham investasi SRTG per 30 September 2020, sesuai dengan laporan keuangan perusahaan. Secara total, jumlah investasi ada saham termasuk saham non-publik mencapai Rp 25,21 triliun, turun 7% dari Rp 23,56 triliun pada September 2019.
Pertama, emiten menara telekomunikasi PT Tower Bersama Infrasructure Tbk (TBIG), saham terbesar dipegang PT Wahana Anugerah Sejahtera 35,61% atau 7.703.580.283 saham, dan PT Provident Capital Indonesia 26,73%.
Sisanya publik 36,32%. Wahana adalah anak usaha langsung dari SRTG. Kepemilikan tidak langsung melalui Wahana mencapai 34% dengan nilai wajar Rp 10,28 triliun.
Kedua, emiten konstruksi PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA), dengan kepemilikan langsung 7,12% atau dengan nilai wajar Rp 50,44 miliar.
Ketiga, Seroja Investment Limited Singapura (tercatat di Bursa Efek Singapura) dengan kepemilikan langsung 23,26%, dengan harga wajar Rp 7,93 miliar.
Keempat, beberapa kepemiikan di perusahana non publik di bidang infrastruktur dengan nilai wajar saham Rp 90,18 miliar.
Kelima, emiten tambang batu bara PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dengan kepemilkan langsung 3,67% dengan nilai wajar Rp 1,33 triliun, dan kepemilikan tak langsung melalui PT Adaro Strategic Lestari 29,79% dengan nilai wajar Rp 1,19 triliun, dan kepemilkan tak langsung lewat PT Adaro Strategic Capital 25% dengan nilai wajar Rp 2,99 triliun.
Di Adaro, hanya Edwin Soeryadjaya (presiden Komiosaris) yang punya saham langsung yakni 3,29%.
Keenam, emiten tambang emas PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dengan kepemilikan langsung 19,13% dengan nilai wajar Rp 6,77 triliun.
Ketujuh, emiten perkebunan PT Provident Agro Tb (PALM), dengan kepemilikan tak langsung lewat anak usaha PT Saratoga Sentra Business 44,87% dengan nilai wajar Rp 830,68 miliar.
Kedelapan, Interra Resources Ltd Singapura, sebesar 12,11% dengan harga wajar Rp 35,50 miliar.
Kesembilan, Sihayo Gold Plc Australia 14,89% dengan nilai wajar Rp 87,17 miliar.
Kesepuluh, perusahaan non publik di bidang SDA (sumber daya alam) senilai Rp 70,69 miliar.
Kesebelas, PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), Saratoga Investama punya 52,21% saham atau setara dengan 2.330.096.841 saham.
Sementara saham lain di MPMX dipegang Morninglight Investment S.a.r.I 14,415, Claris Investment Pte Ltd Singapura 6,80%, Edwin Soeryadjaya (Komisaris Utama) 0,00%, Tossin Himawan (komisaris) 1,55%, Danny Walla (komisaris) 1,16%, dan Suwito Mawarwati (Dirut). Lainnya yakni sebesar 0,16%, Beatrice Kartika (Direktur) 0,02%, dan Titien Supeno (direktur) 0,18%, sementara investor publik 20,08%.
MPMX bergerak dalam bidang, distribusi kendaraan bermotor roda dua dan suku cadang dengan merek Honda di wilayah Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur, penjualan ritel kendaraan bermotor roda empat, dan penyewaan kendaraan, dan asuransi kerugian. Perseroan memulai operasi komersial sejak 1988.
Nilai wajar kepemilikan langsung 52,21% saham MPMX yakni Rp 899,42 miliar.
Keduabelas, PT Anega Gas Industri Tbk (AGII) 8,39% dengan nilai wajar Rp 127,65 miliar.
Ketigabelas, perusahaan non publik di bidang produk konsumen, Rp 448,62 miliar.