Ada Corona Baru, Kurs Dolar Australia-Singapura Kompak Naik

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 December 2020 12:43
FILE PHOTO: Australian dollars are seen in an illustration photo February 8, 2018. REUTERS/Daniel Munoz/File Photo
Foto: Foto Ilustrasi mata uang Dolar Australia. REUTERS / Daniel Munoz / File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura dan Australia kompak menguat melawan rupiah pada perdagangan Selasa (22/12/2020) setelah melemah awal pekan kemarin.

Virus corona jenis baru yang menyebar di Inggris membuat sentimen pelaku pasar memburuk, dan menekan mata uang emerging market seperti rupiah.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 12:28 WIB, dolar Australia menguat tipis 0,03% ke Rp 10.697,86/AU$, sementara dolar Singapura naik 0,11% ke Rp 10.588,37/SG$. Kemarin keduanya melemah masing-masing 0,37% dan 0,28%.

Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengumumkan temuan varian baru virus corona bernama VUI 202012/01 atau dalam klaster pohon filogenetiknya (pohon kekerabatan berdasarkan data genetik) disebut sebagai varian B.1.1.7.

Varian baru virus Covid-19 tersebut dikabarkan memiliki 70% peluang penularan lebih tinggi ketimbang strain awalnya. Hal ini membuat banyak negara menutup perbatasannya dengan Inggris.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) telah mengidentifikasi virus ini di Denmark, Belanda, dan Australia.

Meski demikian, WHO meyakinkan varian baru virus corona di Inggris, masih bisa dikendalikan dan diatasi. Tetapi tetap saja, sentimen pelaku pasar kembali memburuk, yang membuat rupiah tertekan.

Hal ini tentu saja berbanding terbalik dengan kemarin pagi, dimana pelaku pasar menyambut paket stimulus fiskal di AS. Rupiah menjadi perkasa, dolar Australia dan Singapura dibuat tumbang.

Para pemimpinan Mayoritas dan Minoritas di House of Representatif (DPR) serta Senat AS sudah mencapai kesepakatan stimulus senilai US$ 900 miliar. Stimulus fiskal tersebut menjadi yang terbesar kedua yang pernah digelontorkan AS setelah US$ 2 triliun yang disebut CARES Act pada bulan Maret lalu.

Undang-undang stimulus tersebut kini di-voting di House of Representative (DPR), dan Senat AS. Setelahnya akan diserahkan ke Presiden AS, Donald Trump, untuk ditandatangani, sehingga bisa cair.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Belum Lepas Resesi, Kurs Dolar Singapura-Australia Bangkit

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular