
Awas! Virus Corona Baru Bisa Serang Rupiah & Bikin Loyo

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Nilai tukar rupiah melemah 0,14% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.100/US$ pada perdagangan awal pekan kemarin. Tidak hanya rupiah, mata uang utama Asia juga tumbang akibat dolar AS yang "ngamuk".
Penguatan dolar AS tersebut bisa berlanjut pada hari ini, Selasa (22/12/2020), dan berisiko menekan rupiah.
Dolar AS kembali menguat berkat statusnya sebagai mata uang safe haven. Pada bulan Maret lalu, saat virus corona ditetapkan sebagai pandemi, berbagai aset investasi mulai dari saham hingga emas mengalami aksi jual masif.
Pelaku pasar mengalihkan investasinya ke dolar AS, sehingga muncul istilah "cash is the king". Tetapi bukan sembarang uang tunai, hanya dolar AS, sebab kala itu mata uang lainnya termasuk rupiah rontok hingga ke level Rp 16.620/US$, terlemah sejak krisis moneter 1998.
Hal yang sama terjadi saat ini, sebab varian baru virus corona muncul di Inggris yang membuat pelaku pasar cemas. Bursa saham Eropa merosot, bursa saham AS bervariasi, dan harga emas juga melemah.
Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengumumkan temuan varian baru virus corona bernama VUI 202012/01 atau dalam klaster pohon filogenetiknya (pohon kekerabatan berdasarkan data genetik) disebut sebagai varian B.1.1.7.
Varian baru virus Covid-19 tersebut dikabarkan memiliki 70% peluang penularan lebih tinggi ketimbang strain awalnya. Akibatnya, banyak negara-negara yang menutup perbatasannya dengan Inggris.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) telah mengidentifikasi virus ini di Denmark, Belanda, dan Australia.
Meski demikian, WHO meyakinkan varian baru virus corona di Inggris, masih bisa dikendalikan dan diatasi.
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan mengingat rupiah bergerak tipis-tipis beberapa hari terakhir. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih dekat level psikologis Rp 14.000/US$.
Rupiah masih jauh di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200), sehingga momentum penguatan masih ada.
Sementara itu, indikator stochastic pada grafik harian mulai masuk wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic sudah keluar dari wilayah oversold yang berarti terkanan pelemahan rupiah mulai berkurang.
Resisten berada di kisaran Rp 14.130/US$, jika ditembus dan tertahan di atasnya rupiah berisiko melemah lebih jauh ke Rp 14.150/US$, sebelum menuju Rp 14.200/US$.
Sementara itu, support terdekat di kisaran kisaran Rp 14.070/US$ penembusan konsisten bawah level tersebut akan membawa rupiah menguat ke Rp 14.050/US$ sebelum menuju level psikologis Rp 14.000/US$.
Jika level psikologis tersebut ditembus, rupiah berpotensi menuju level Rp 13.810/US$ sebelum akhir tahun.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar AS Balas Dendam, Rupiah Dibikin KO Hari Ini
