Simak! Inilah 8 Sentimen Penggerak Pasar Pekan Depan

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
13 December 2020 21:00
Warga mempelajari platform investasi di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta
Foto: Pengunjung mempelajari platform investasi digital di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan pekan ini melesat 1,98% dan ditutup di level 5.938,32. Jika tak ada aral melintang, level 6.000 berpeluang ditembus pekan depan, berbekal data dan sentimen perdagangan berikut ini.

Sentimen pertama bakal muncul dari negosiasi Brexit antara Inggris dan Uni Eropa. Pada Minggu ini (13/12/2020), kedua belah pihak sedang ngebut untuk mencapai kesepakatan dagang kelak setelah Inggris keluar dari zona euro tersebut.

Terakhir, kedua belah pihak ngotot dengan sikap masing-masing dan menilai bahwa kesepakatan bakal sulit dicapai. Namun jika muncul kesepakatan, maka ekses buruk Brexit terhadap ekonomi kedua pihak bakal menurun dan bursa global akan bereaksi positif, termasuk Indonesia.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Kamis mengatakan ada "kemungkinan kuat" Inggris akan meninggalkan Uni Eropa tanpa perjanjian perdagangan bebas, dengan deadline untuk memperpanjang negosiasi jatuh pada Minggu dan kedua belah pihak belum mencapai kesepakatan atas isu-isu kunci.

Sentimen kedua ada di Amerika Serikat (AS) terkait negosiasi stimulus. Partai Republik dan Demokrat setuju mengenai perlunya anggaran miliaran dolar untuk program vaksinasi massal. Terakhir, proposal stimulus senilai US$ 908 miliar yang memasukkan anggaran vaksin US$ 6 miliar ditolak oleh pimpinan Mayoritas Senat Mitch McConnel.

Sejauh ini, perhatian pasar sudah bergeser dari keberadaan vaksin menjadi kesiapan pemerintah. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDCP) AS telah merekomendasikan vaksin Pfizer-BioNtech bagi warga berusia 16 tahun ke atas, setelah Balai Obat dan Makanan (Food and Drug Administration/FDA) merilis otorisasi penggunaan darurat vaksin tersebut.

Sentimen ketiga bakal berasal dari data manufaktur. Jepang akan merilis indeks manufaktur Tankan per kuartal IV-2020. Indeks manufaktur besar diprediksi -17 atau membaik dari posisi sebelumnya -27. Konsensus Tradingeconomics memperkirakan angkanya bakal di level -15.

Hal serupa juga diprediksikan terjadi pada indeks manufaktur kecil yang menurut konsensus bakal di level -36, lebih mendingan dibandingkan posisi kuartal sebelumnya di level -44. Artinya, industri manufaktur diprediksi membaik, meski belum akan kembali normal.

Uni Eropa akan merilis data yang sama, yakni produksi industri Oktober. Menurut proyeksi Tradingeconomics, angka produksi industri di Benua Biru akan tumbuh 1,5% secara bulanan, jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang melemah -0,4.

Rilis penjualan ritel China November menjadi sentimen keempat yang layak diperhatikan, karena mengindikasikan pulihnya aktivitas masyarakat dari pandemi. Angka penjualan ritel per November diprediksi tumbuh 4,4% atau lebih baik dari sebulan sebelumnya sebesar 4,3%.

AS juga akan merilis data yang sama, tetapi dengan nada berbalik 180 derajat, karena penjualan ritel Negeri Adidaya ini menurut polling Tradingeconomics masih akan melemah 0,3%, berbalik dari bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,3%.

Sentimen kelima bakal berasal dari dalam negeri berupa rilis neraca perdagangan per November (pada Selasa), yang berpeluang besar berujung pada surplus di tengah kenaikan beberapa harga komoditas andalan ekspor Indonesia, seperti minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang naik 14% dan harga batu bara yang naik 9% sebulan lalu.

Jika surplus dagang menurun, maka pasar akan bereaksi positif, karena mengindikasikan bahwa pelaku usaha sudah kembali berekspansi mengingat 90% impor negeri ini merupakan bahan baku dan penolong, serta barang modal.

Tradingeconomics memperkirakan surplus bulan November bakal sebesar US$ 2,3 miliar atau lebih kecil dari surplus Oktober (US$ 3,6 miliar). Jepang juga akan merilis data neraca perdagangan bulan November, sehari setelah itu.

Pada Rabu, perhatian akan tertuju kembali pada Eropa yang akan merilis Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) sektor Manufaktur dan Jasa per Desember di Inggris, Denmark, Prancis, dan Uni Eropa.

Ini menjadi sentimen keenam untuk sepekan ke depan, karena naga-naganya bakal ada kabar bagus, karena mayoritas PM manufaktur diprediksi sudah ekspansi (di atas angka 50), meski sektor jasa masih di bawah level 50, atau terkontraksi. Di AS, indeks serupa untuk sektor jasa dan manufktur saat ini sudah di atas angka 56, dan diprediksi masih akan stabil di angka tersebut.

Pada Kamis Bank Indonesia (BI) akan membagikan sentimen ketujuh yang perlu diperhatikan, dengan mengumumkan kebijakan suku bunga moneter bulan Desember, yakni BI 7-Day Reverse Repo Rate yang berpeluang dijaga di level sekarang 3,75%.

Pengumuman itu bakal dilakukan setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengumumkan kebijakan suku bunga acuannya yang diprediksi masih akan tetap di level 0,25%. Demikian juga Inggris yang diprediksi bakal mempertahankan suku bunga acuannya tetap di angka 0,1%.

Terakhir, perhatikan rilis data penjualan otomotif per November yang menurut Tradingeconomics menunjukkan pembaikan, meski masih minus (sebesar -35% untuk motor dan -45% untuk mobil). Angka ini lebih baik dari perode sebelumnya yang minus masing-msinng sebesar 47% dan 49%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentimen-Sentimen Pasar Pekan Depan Bisa Bikin Geleng-Geleng!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular