Sentimen Pasar

Degdegan Tunggu Risalah The Fed, Investor Amati Inflasi

Market - Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
01 January 2023 18:15
Foto multiple exposure karyawan berswafoto di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022).  Jumlah investor pasar modal Indonesia bertambah signifikan dibandingkan 2021. Berdasarkan data KSEI per 3 November 2022, jumlah investor pasar modal yang mengacu pada Single Investor Identification (SID) telah mencapai 10.000.628 atau naik 33,53% dari 7.489.337 di akhir 2021.  (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto) Foto: Foto multiple exposure karyawan berswafoto di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022).  Jumlah investor pasar modal Indonesia bertambah signifikan dibandingkan 2021. Berdasarkan data KSEI per 3 November 2022, jumlah investor pasar modal yang mengacu pada Single Investor Identification (SID) telah mencapai 10.000.628 atau naik 33,53% dari 7.489.337 di akhir 2021. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Awal pekan 2023 diwarnai berbagai sentimen dari dalam dan luar negeri. Mayoritas adalah rilis data makro yang mampu menggerakan pasar keuangan.

Pertama, rilis data aktivitas manufaktur oleh S&P Global yang rilis di awal pekan dalam laporan PMI Manufaktur.

Aktivitas Manufaktur Indonesia hingga saat ini masih berada di zona ekspansi yakni 50,3. Akan tetapi trennya melambat, sehingga perlu dicermati rilis besok. Jika bertahan di zona ekspansi pada bulan Desember bisa menjadi katalis positif bagi pasar. Data ini akan dirilis pada Senin (2/1/2023).

Selain Indonesia, investor juga perlu memperhatikan PMI Manufaktur China dan Amerika Serikat (AS) yang merupakan mitra dagang utama Indonesia.

Menurut survey CAIXIN, aktivitas manufaktur China pada Desember diperkirakan akan melambat menjadi 48,8 dari sebelumnya 49,4, akan dirilis pada Selasa (3/1/2023).

Begitu juga dengan AS, tempat aktivitas manufaktur diperkirakan turun ke 48,5 dari 49 menurut ISM yang akan dirilis pada Rabu (4/1/2023).

Selain itu, pada Senin (2/1/2023) akan ada rilis inflasi Indonesia pada Desember.

Bank Indonesia dalam laporan indikator stabilitas rupiah per 23 Desember 2022 memperkirakan inflasi bulanan akan naik sebesar 0,48% month-to-month.

Kenaikan tersebut disebabkan oleh lonjakan harga sembako seperti ayam, tomat, hingga cabai.

Perhatian investor dunia juga tertuju pada pembacaan risalah rapat bank sentral AS, Federal Reserve/The Fed yang dilakukan pada Desember lalu.

Investor akan menanti komentar pejabat The Fed mengenai langkah bank sentral tersebut pada 2023.

Seperti diketahui, The Fed telah mengakhiri era easy money pada 2022 seiring dengan inflasi yang memanas. Atas langkah tersebut serta diikuti banyak bank sentral di nevara lain pula dunia berada di bawah ancaman resesi global.

Maka dari itu, "bocoran" pada pembacaan risalah akan menyedot animo investor. Selain itu mengingat laju inflasi dunia mulai melandai. Pembacaan notula tersebut dijadwalkan pada Kamis (5/1/2023).

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

3 Sentimen Pasar yang Perlu Menjadi Perhatian Pekan Ini


(dem)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading