Catat! Sentimen yang Bisa Buat Pasar Bergejolak Pekan Depan

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
19 September 2021 17:25
Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepekan ini menguat 38,4 poin atau 0,6% ke 6.133,25. Pekan depan, pasar akan memperhatikan arah perkembangan pandemi, nasib kebijakan moneter dunia, dan moratorium sawit nasional.

Menurut catatan Tim Riset CNBC Indonesia, ada beberapa agenda dan rilis data ekonomi yang bakal memengaruhi pergerakan IHSG dalam trading pekan depan. Pertama, pelaku pasar bakal memantau Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4.

Saat ini rata-rata kasus infeksi baru Covid-19 berada di bawah 10.000 per hari. Artinya, pandemi Covid-19 cukup terkendali di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, hingga Sabtu (18/09/2021), penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 tercatat 3.385 kasus, turun dibandingkan penambahan kasus hari sebelumnya yang tercatat sebesar 3.835 kasus.

Dengan demikian, total kasus Covid-19 di Indonesia sejak awal pandemi pada 1 Maret 2020 hingga hari ini tercatat mencapai 4.188.529 kasus. Indonesia berada di urutan ke-13 dunia negara dengan pengidap Covid-19 terbanyak.

Mengacu pada kemajuan tersebut, ada harapan bahwa Senin ini PPKM Level 4 akan semakin diperlonggar sehingga membuka peluang beli saham-saham yang akan diuntungkan dari pemulihan ekonomi (saham siklikal) seperti konsumer, keuangan dan properti.

Kedua, investor akan memantau nasib moratorium pembukaan lahan sawit baru. Presiden Joko Widodo pada 19 September 3 2018 memerintahkan penghentian penerbitan izin baru untuk pembukaan lahan sawit baru.

Dus, hari ini menjadi hari terakhir berlakunya moratorium, dan pemerintah bakal memberikan pengumuman secepatnya pada Senin nanti, mengenai nasib moratorium tersebut: apakah akan dicabut ataukah dilanjutkan?

Perpanjangan moratorium bakal memicu kenaikan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) karena pasokan dunia cenderung stagnan sementara permintaan dunia membaik mengikuti pembukaan kembali ekonomi di negara maju.

Ketiga, pasar bakal memperhatikan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) pada 21 September yang akan diakhiri dengan konferensi pers mengenai kebijakan moneter sebulan ke depan. Polling Reuters memperkirakan suku bunga acuan nasional (BI 7-Day Reverse Repo Rate) bakal dipertahankan di level 3,5%.

Pasar akan memantau apakah akan ada kebijakan-kebijakan tambahan yang dipersiapkan bank sentral untuk mengerem efek buruk dari kebijakan tapering (pengurangan pasokan likuiditas di pasar oleh bank sentral Amerika Serikat/AS).


Halaman Selanjutnya >> Bank Sentral AS dan Eropa Bagaimana?

Sentimen keempat muncul dari AS, di mana bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan mengumumkan kebijakan moneter terbarunya pada Kamis waktu setempat. Pasar mengantisipasi bahwa suku bunga acuan tidak akan berubah di level 0-0,25%.

Namun, mereka memantau akan ke mana kebijakan tapering: apakah dipercepat menjadi November atau ditunda menjadi tahun depan karena  jumlah slip gaji Agustus lalu hanya bertambah 235.000, atau jauh di bawah ekspektasi pasar.

Sejauh ini, lebih dari 60% ekonom dalam polling Reuters memperkirakan bahwa kebijakan tapering akan dimulai pada Desember. Mereka akan menunggu data klaim tunjngan pengangguran mingguan untuk melihat tren pasar tenaga kerja akan ke mana.

Demikian juga dengan Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI sektor manufaktur dan jasa per September yang akan dirilis pada Kamis malam waktu setempat.

Konsensus Tradingeconomics memperkirakan laju ekspansi keduanya melambat, yakni dari 61,1 ke 60 untuk sektor manufaktur dan dari 55,1 ke 54 untuk sektor jasa. Angka di atas 50 dalam indeks PMI mengindikasikan ekspansi, dan sebaliknya di bawah itu mengindikasikan kontraksi.

Kelima, perhatian akan beralih ke Eropa di mana bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) akan menggelar rapat dewan gubernur, nyaris bersamaan dengan bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) yang akan menentukan suku bunga acuan mereka.

Keduanya juga akan merilis Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI)  September di sektor manufaktur maupun jasa.

Terakhir, harga minyak. Harga minyak yang sepekan ini terkoreksi bakal menentukan arahnya dalam jangka menengah setelah pada Kamis nanti. Pada Rabu dini hari (Kamis sore hari di Indonesia), American Petroleum Institute (API) akan merilis data stok minyak mentah di Negara Adidaya tersebut per pekan lalu.

Pada pekan sebelumnya, stok minyak mentah di Negeri Sam tersebut turun 5,4 juta barel yang mengindikasikan bahwa penyerapan fasilitas kilang meningkat mengikuti kenaikan permintaan BBM, dan/atau berkurangnya pasokan dari fasilitas produksi di lapangan.

Dua faktor tersebut memicu reli harga minyak sepekan lalu, yang tercatat mencapai 3% baik untuk minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) gacoan AS maupun minyak jenis Brent yang menjadi acuan di Eropa dan juga Indonesia.

Energi Information Administration (IEIA) juga akan merilis data pasokan minyak mentah dan BBM pada hari yang sama. Jika stok ternyata masih terus melemah, maka harga minyak mentah berpeluang melanjutkan penguatan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular