TP Rachmat Raih Lifetime Achievement di CNBC Indonesia Award

Market - Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
10 December 2020 21:13
Lifetime Achivement Theodore Permadi Rachmat dalam acara CNBC Indonesia Award 2020 dengan tema Menyongsong Bangkitnya Ekonomi Indonesia 2021. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki) Foto: Lifetime Achivement Theodore Permadi Rachmat dalam acara CNBC Indonesia Award 2020 dengan tema Menyongsong Bangkitnya Ekonomi Indonesia 2021. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha Theodore Permadi Rachmat atau dikenal sebagai T.P. Rachmat meraih Penghargaan Lifetime Achievement dalam ajang CNBC Indonesia Award 2020.

Apresiasi dari CNBC Indonesia ini diterima secara virtual oleh T.P. Rachmat pada malam Penganugerahan CNBC Indonesia Award 2020 bertema "Menyongsong Bangkitnya Ekonomi Indonesia 2021" di Auditorium Menara Bank Mega Jakarta Selatan pada Kamis, (10/12/2020).

Dalam kajian dari Tim Riset CNBC Indonesia, pelaku usaha nasional tentu familiar dengan sosok T.P. Rachmat yang menduduki peringkat 18 orang terkaya di Indonesia (versi majalah Forbes) ini. Sebagai pendiri Triputra Group, Forbes mencatat kekayaan Teddy, begitu panggilan T.P. Rachmat mencapai US$ 1,3 miliar pada tahun 2019.

Pria kelahiran Majalengka, 15 Desember 1943, ini mendirikan Triputra Group pada tahun 1998, yang bergerak di bidang agribisnis, manufaktur, pertambangan, distribusi otomotif, hingga logistik.

Namun legacy yang ditorehkannya di industri justru jauh lebih besar dari itu. Salah satunya adalah PT Astra Internasional Tbk, di mana Teddy ikut merintisnya sebagai karyawan yang ke-15 pada tahun 1968.

Mengawali karir sebagai tenaga pemasaran alat berat di Astra, Teddy pada tahun 1972 dipercaya untuk membesarkan PT United Tractors Tbk, yang kini menjadi perusahaan alat berat terbesar nasional dengan aset lebih dari Rp 120 triliun.

Puncak karir di Astra dicapai pada 1984 ketika ia diangkat menjadi Direktur Utama. Di bawah kepemimpinannya, Astra mampu menambah anak perusahaannya menjadi 235 perusahaan dalama 5 tahun. Kini Astra menjadi blue chip di bursa dengan kapitalisasi pasar

Krisis Ciptakan Peluang Ekspansi, dan Berbagi
Kiprah Teddy di luar Astra diawali di indusri batu bara. Bersama sepupunya, yakni Edwin Soeryadjaya, dia mendirikan PT Adaro Energy Tbk pada tahun 1982. Kini kita mengenal Adaro sebagai menjadi salah satu perusahaan tambang batu bara terbesar nasional.

Teddy meninggalkan Grup Astra ketika krisis moneter menerpa bangsa ini pada tahun 1997. Namun bagi Teddy, krisis bukanlah akhir segalanya. Di masa berat itu dia justru mendirikan PT Triputra Investindo Arya dan mengakuisisi Adira Mobil dan Adira Finance (milik sang ayah).

Dia berhasil membawa Adira terus berkembang melewati krisis. Kita mengenal PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk sebagai perusahaan pembiayaan papan atas yang dibeli PT Bank Danamon Tbk pada 2004. Kini, perusahaan global Zurich Finance menjadi pengendalinya.

Bisa dibilang, perusahaan-perusahaan di mana Teddy berperan besar dalam pengembangannya, kini menjadi perusahaan berskala nasional. Uniknya, mayoritas dari mereka berakhir sebagai perusahaan terbuka, yang menunjukkan kuatnya tata kelola (good corporate governance/GCG).

Menghadapi krisis pandemi kali ini-yang memicu resesi global, lulusan Fakultas Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut memilih tak hanya menyelamatkan perusahaan, melainkan juga karyawan. Tak ada kebijakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang diambil.

Kepada CNBC Indonesia, CEO Triputra Group Hadi Kasim mengatakan kebijakan ini telah dipertimbangkan pemegang saham, meskipun pandemi diperkirakan menekan kinerja grup hingga 20%-30% di tahun ini.

Selain dikenal sebagai pengusaha ulet, Teddy merupakan sosok yang dermawan. Pria bernama asli Oei Giok Eng ini masuk daftar "Heroes Of Philantrophy: Catalysts For Change." Daftar yang disusun majalah Forbes itu berisi 30 dermawan Asia di mana Teddy berada di urutan ke-2.

Teddy diketahui telah mendermakan Rp 70 miliar kepada A&A Rachmat Compassionate Service Foundation, yang memberikan beasiswa bagi lebih dari 15.000 pelajar sejak tahun 2002 dan membangun 36 klinik kesehatan yang telah melayani lebih dari 1 juta pasien di Indonesia.

Tak berhenti di situ, yayasan tersebut juga memberikan bantuan berupa kacamata gratis untuk anak sekolah dasar (SD), guru, dan anak-anak di panti asuhan. Yayasan filantropi tersebut juga mengadakan operasi katarak gratis bagi warga yang tidak mampu.

"Saya terpanggil untuk turun tangan, mengembalikan apa yang Tuhan berikan kepada saya bagi sesama yang membutuhkan," tutur Teddy ketika menerima gelar Doktor Kehormatan dari almamaternya, Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 2019 lalu.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Demi Bayar Utang, Emiten ASSA Milik TP Rachmat Rights Issue


(dob/dob)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading