Lho, Kok Rupiah Jadi Melemah? Kapan Dong ke Rp 13.000/US$?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 November 2020 10:17
Ilusttrasi Uang
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun rupiah kini merah di perdagangan pasar spot.

Hari ini, Senin (30/11/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.128. Rupiah menguat 0,12% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.

Mata uang Tanah Air sempat menguat kala pembukaan pasar spot. Namun pada pukul 10:00 WIB,US$ 1 dibanderol Rp 14.080 di mana rupiah melemah tipis 0,07%.

Tidak banyak mata uang utama Asia yang melemah. Sejauh ini hanya rupiah, yuan China, dan ringgit Malaysia yang berada di zona merah.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:07 WIB:


Data ekonomi terbaru di Asia memberi dorongan penguatan mata uang Asia. Aktivitas manufaktur di China pada November meningkat, ditandai dengan kenaikan Purchasing Managers' Index (PMI).

Skor PMI manufaktur China versi Biro Statistik Nasional (NBS) pada November adalah 52,1. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 51,4 sekaligus menjadi yang tertinggi sejak September 2017.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Di atas 50, berarti dunia usaha sedang dalam fase ekspansi.

China adalah negara pertama yang pulih dari pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Sebagai negara yang pertama merasakan pandemi, Negeri Tirai Bambu bergerak cepat untuk 'mengurung' virus corona sehingga tidak menyebar dengan kebijakan karantina wilayah (lockdown).

Hanya sekali China merasakan kontraksi ekonomi pada tahun ini, yaitu kuartal I-2020 di mana Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh negatif 6,8%. Selepas itu, ekonomi China selalu tumbuh positif.

Resesi? Apa itu resesi?

Riset Nomura memperkirakan PDB China pada kuartal IV-2020 bisa tumbuh impresif di 5,7%. Ini membuat ekonomi Negeri Panda sepanjang 2020 tumbuh 2%, terendah dalam lebih dari 30 tahun terakhir tetapi sebuah pencapaian yang luar biasa kala dunia masih bergumul dengan resesi.

Kebangkitan ekonomi China membuat pelaku pasar semakin bergairah dan berkenan masuk ke pasar keuangan Asia. Hasilnya, mata uang Asia berhasil melanjutkan kedigdayaan di hadapan dolar AS.

So, mengapa rupiah tidak bisa menguat seperti para tetangganya? Sepertinya mata uang Tanah Air terkena tekanan jual karena tidak pernah melemah dalam sembilan pekan beruntun.

Sepanjang minggu kemarin, rupiah menguat 0,57% di hadapan dolar AS secara point-to-point. Rupiah jadi mata uang terbaik kedua di Asia, hanya kalah dari won Korea Selatan.

Rupiah memang sangat perkasa akhir-akhir ini. Mata uang Ibu Pertiwi tidak pernah melemah selama sembilan pekan berturut-turut. Rinciannya, rupiah menguat delapan pekan dan hanya stagnan sepekan.

Pelemahan mingguan rupiah kali terakhir terjadi pada pekan ketiga September. Kala itu, rupiah masih di kisaran Rp 14.800/US$. Akhir pekan lalu, rupiah sudah di bawah Rp 14.100/US$.

Oleh karena itu, rupiah akan sangat rentan terpapar aksi jual. Penguatan rupiah membuat dolar AS sekarang sudah 'murah'. Ini akan membuat dolar AS menjadi menarik untuk diborong.

Selain itu, kebutuhan valas korporasi sedang tinggi saat akhir bulan. Sebab, ada kebutuhan untuk pembayaran utang, dividen, impor, dan sebagainya. Tekanan jual terhadap rupiah pun semakin besar. Rasanya untuk sementara mimpi rupiah menuju kisaran Rp 13.000-an/US$ harus tertunda untuk sementara.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular