
Lho, Kok Rupiah Jadi Melemah? Kapan Dong ke Rp 13.000/US$?

Data ekonomi terbaru di Asia memberi dorongan penguatan mata uang Asia. Aktivitas manufaktur di China pada November meningkat, ditandai dengan kenaikan Purchasing Managers' Index (PMI).
Skor PMI manufaktur China versi Biro Statistik Nasional (NBS) pada November adalah 52,1. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 51,4 sekaligus menjadi yang tertinggi sejak September 2017.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Di atas 50, berarti dunia usaha sedang dalam fase ekspansi.
China adalah negara pertama yang pulih dari pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Sebagai negara yang pertama merasakan pandemi, Negeri Tirai Bambu bergerak cepat untuk 'mengurung' virus corona sehingga tidak menyebar dengan kebijakan karantina wilayah (lockdown).
Hanya sekali China merasakan kontraksi ekonomi pada tahun ini, yaitu kuartal I-2020 di mana Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh negatif 6,8%. Selepas itu, ekonomi China selalu tumbuh positif.
Resesi? Apa itu resesi?
Riset Nomura memperkirakan PDB China pada kuartal IV-2020 bisa tumbuh impresif di 5,7%. Ini membuat ekonomi Negeri Panda sepanjang 2020 tumbuh 2%, terendah dalam lebih dari 30 tahun terakhir tetapi sebuah pencapaian yang luar biasa kala dunia masih bergumul dengan resesi.
Kebangkitan ekonomi China membuat pelaku pasar semakin bergairah dan berkenan masuk ke pasar keuangan Asia. Hasilnya, mata uang Asia berhasil melanjutkan kedigdayaan di hadapan dolar AS.
(aji/aji)