Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada pekan ini. Bagaimana saat berhadapan satu lawan satu dengan mata uang Asia? Apakah rupiah juga perkasa?
Pekan ini, rupiah menguat 0,57% di hadapan dolar AS secara point-to-point. Rupiah jadi mata uang terbaik kedua di Asia, hanya kalah dari won Korea Selatan.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang Asia di perdagangan pasar spot sepanjang pekan ini:
Ternyata kejayaan rupiah tidak hanya di hadapan dolar AS. Hampir seluruh mata uang utama Benua Kuning tidak berdaya menghadapi keperkasaan rupiah. Mata uang Ibu Pertiwi hanya gagal menekuk won, yang pekan ini memang 'menggila'.
Berikut perkembangan kurs mata uang Asia terhadap rupiah sepanjang minggu ini:
Keperkasaan rupiah disokong oleh derasnya arus modal yang mengalir ke pasar keuangan Tanah Air. Bank Indonesia (BI) mencatat investor asing melakukan beli bersih Rp 4,87 triliun selama 23-26 November 2020. Terdiri dari beli bersih Rp 3,52 triliun di pasar obligasi pemerintah dan Rp 1,36 triliun di pasar saham.
"Aset-aset keuangan di Asia masih punya ruang untuk menguat karena dukungan sejumlah faktor. Misalnya pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dibandingkan kawasan lain, keseimbangan eksternal yang membaik, hambatan perdagangan yang lebih sedikit dengan terpilhnya (Joe) Biden sebagai presiden AS, serta tren pelemahan dolar AS," papar Mitul Kotecha, Senior Emerging Markets Strategist di TD Securities, seperti dikutip dari Reuters.
Selain itu, investor juga mengalihkan fokus ke Asia karena perdagangan di pasar keuangan AS berlangsung singkat seiring perayaan Thanksgiving. Arus modal mengalir lancar sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), rupiah, sampai harga obligasi pemerintah berhasil menguat.
Investor juga mengapresiasi upaya pemerintah Indonesia dalam mengupayakan vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus berupaya mengamankan kesepakatan pengadaan vaksin dari China, Inggris, hingga AS.
"Brasil, Meksiko, India, Indonesia, dan Rusia adalah negara-negara berkembang yang sepertinya akan menerima vaksin paling awal. Izin penggunaan vaksin kemungkinan bisa diberikan dalam hitungan bulan," kata Beth Morrisey, Managing Partner di Kleiman International Consultants, seperti dikutip dari Reuters.
Vaksin adalah kunci untuk menghentikan pandemi Covid-19, yang membuat ekonomi rontok. Dengan adanya vaksin, hidup akan kembali normal dan roda ekonomi berputar kembali, meski bertahap.
Kemungkinan Indonesia adalah negara yang lebih awal mendapatkan vaksin, sehingga ekonomi Ibu Pertiwi bisa pulih lebih cepat ketimbang negara-negara lain.
Mengutip riset Goldman Sachs Global Investment Research, vaksinasi yang lebih cepat bisa membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai lebih dari 6% tahun depan.
 Sumber: Reuters |
Oleh karena itu, investor tidak jemu-jemu memborong aset di pasar keuangan Indonesia. Dengan prospek ekonomi yang cerah, investor mana yang tidak bergairah?
TIM RISET CNBC INDONESIA