
Investor Ritel: Penguasa & Shock Breaker Bursa RI Saat Krisis

SRO Pasar Modal terus berupaya mendorong meningkatkan transaksi dan mendiversifikasi investor, hal ini dilakukan untuk memperdalam pasar keuangan di Indonesia, terutama produk-produk di pasar modal.
Meski tingkat inklusi keuangan di Indonesia sudah mencapai 80%, namun literasi keuangan, atau tingkat melek keuangan masyarakat Indonesia barulah mencapai 37% dari 268 juta jiwa penduduk Indonesia, ini menjadi tugas bersama terus memperdalam pasar keuangan tanah air.
Salah satu yang dilakukan BEI juga adalah dengan melakukan penyesuaian regulasi perihal jenjang perubahan harga maksimum atau maximum price movement dalam perdagangan reksa dana yang dapat diperdagangkan di bursa atau Exchange-Traded Fund (ETF). Perubahan regulasi ini diharapkan bisa mendorong investor untuk melakukan transaksi ETF dan mendiversikasi investor di pasar modal.
![]() Data Bursa |
Sebab, saat ini, perdagangan ETF berkembang cukup signifikan sejak tahun 2017 sampai dengan saat ini. Hal ini ditandai oleh 45 ETF yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai dengan Oktober 2020 dan Asset Under Management (AUM) ETF yang mencapai Rp 13,3 triliun. Saat ini, tercatat Perdagangan ETF sudah menarik minat 22 Manajer Investasi dan 7 Anggota Bursa yang terdaftar sebagai Dealer Partisipan.
Tidak hanya itu, kata Hasan Fawzi, inovasi tersebut juga diharapkan akan lebih memudahkan Dealer Partisipan ETF dalam memberikan kuotasi ETF sesuai dengan volatilitas pasar dan spread yang diperlukan oleh Dealer Partisipan. "Kami juga berharap perdagangan ETF akan semakin likuid dan lebih banyak transaksi yang dapat terjadi di pasar sekunder," ujarnya.
Kepala Riset Kepala Riset Praus Capital, Alfred Nainggolan menilai, salah satu yang dilakukan untuk mendiversifikasi investor adalah memperkuat literasi mengenai pasar modal. Hal ini, menurut dia, sangat penting untuk menghilangkan stigma bahwa pelaku pasar saham hanya dari kalangan tertentu saja.
Sebetulnya, kata Alfred, sejumlah inisiasi BEI yang dilakuakan selama ini melalui program edukasi dan literasi sudah cukup baik, di antaranya pelaksanaan paparan publik dan berbagai inisiasi kegiatan lain yang dapat dijangkau melalui siaran langsung, di YouTube melalui platform aplikasi Zoom, tapi kata dia hal ini belum menjangkau potensi investor secara massif.
Salah satu yang bisa dilakukan BEI, kata dia, adalah masuk ke level pendidikan formal dengan mengenalkan kurikulum investasi di pendidikan tingkat sekolah menengah atas (SMA) untuk tujuan jangka panjang. Meski di sisi lain, saat ini, BEI juga sudah membuka berbagai galeri investasi di berbagai universitas di Indonesia untuk mengenal dan berinvestasi di pasar modal kepada para mahasiswa.
"Pendalaman pasar mesti ada sesuatu yang massif, yaitu masuk melalui kurikulum pendidikan, itu yang bisa lebih cepat mengenalkan pasar modal. Kalau seperti ini terus tidak akan bisa, selalu ada backlog potensi investor," ujarnya.
Sebab, saat ini, pasar modal Indonesia saat ini masih menghadapi tantangan memperluas pendalaman pasar, sehingga, perlu adanya terobosan baru yang harus dilakukan seluruh pemangku kebijakan agar pasar modal semakin membumi, seperti apa yang dikemukakan mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution periode 2015-2019.
"Pasar modal bukan hanya untuk mereka yang memiliki rumah di atas awan, tetapi bagi mereka yang bermukim di bumi."
(hps/hps)[Gambas:Video CNBC]