Ekonomi Lesu Tapi Investor Saham Malah Melonjak, Ada Apa?

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
28 July 2020 18:22
Pengunjung melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 12 Maret 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5,01% ke 4.895,75. Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dihentikan sementara (trading halt) setelah  Harga tersebut ke 4.895,75 terjadi pada pukul 15.33 WIB.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: IHSG Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor ritel di pasar saham mengalami kenaikan yang cukup signifikan sejak awal tahun ini kendati pasar saham terkoreksi cukup tajam. Ketiga perusahan sekuritas mencatatkan kenaikan investor ritel semenjak diberlakukannya kebijakan bekerja dari rumah.

Head of Equity Research PT BNI Sekuritas, Kim Kwie Sjamsudin menuturkan, fenomena kenaikan investor ritel ini tak hanya terjadi di bursa saham domestik, melainkan jadi fenomena global.

"Di negara maju mereka beberapa banyak menggunakan stimulus yang mereka terima untuk investasi di pasar saham. Sekarang ini karena insttusi awal waktu pandemi masih sangat khawatir," ucapnya, dalam pemaparan, Selasa (28/7/2020).

Sejak awal tahun ini, BNI Sekuritas mencatat penambahan sebanyak 40 ribu investor ritel baru menjadi 160 ribu SID secara akumulasi.

Hal yang sama juga terjadi di PT Mandiri Sekuritas. Saat pandemi, justru terjadi banyak penambahan Single Investor Identification (SID) baru.

Direktur Utama PT Mandiri Sekuritas, Dannif Danusaputro menuturkan pandemi mendorong masyarakat untuk mengelola keuangan dengan baik dan mengalokasikan dananya untuk investasi guna mengantisipasi kebutuhan dana darurat di masa depan.

"Dengan WFH ini banyak investor baru yang masuk ke market dan konsentrasinya di saham yang memiliki fundamental baik, sehingga memberikan kesempatan kepada investor ritel melakukan investasi berdasarkan fundamental yang benar," kata Dannif, dalam paparan kinerja semester pertama di kantor Mandiri Sekuritas, Kamis (23/7/2020).

Selama enam bulan pertama tahun 2020, Mandiri Sekuritas mencatatkan peningkatan sebanyak lebih dari 26.000 nasabah baru untuk segmen ritel menjadi total 145 ribu nasabah, jumlah yang meningkat 35% secara tahunan. Hingga penghujung tahun, Mansek menargetkan penambahan investor baru secara akumulasi menjadi 150 ribu nasabah.

"Target kita sampai dengan akhir tahun 150 ribu nasabah dan sampai saat ini yang kita push bagaimana tetap memperbaiki digital sistem lebih friendly user," kata Theodora Manik, Retail and Treasury Directorate Mandiri Sekuritas pada kesempatan sama.

Sementara itu, Bahana TCW Investment Management mencatat penambahan investor baru sebesar 9% menjadi 50.000 investor dari sebelumnya 45.000.

Direktur Riset dan Kepala Investasi Alternatif PT Bahana TCW Investment Management, Soni Wibowo mengatakan, pertumbuhan jumlah investor retail tersebut ini sejalan dengan program inklusi keuangan yang digalakkan Pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

"Kesadaran masyarakat untuk berinvestasi yang meningkat, munculnya platform aplikasi investasi yang memudahkan para investor, dan nilai investasi yang semakin terjangkau menjadi faktor meningkatnya jumlah investor retail reksa dana," katanya.

Meski demikian, manajer investasi anggota holding perasuransian dan penjaminan ini mengakui kontribusi pertumbuhan dana investasi dari investor retail terhadap total dana kelolaan (AUM) relatif cukup kecil dibandingkan dengan total dana dari investor institusional.

Soni memaparkan, mayoritas investor retail berasal dari kalangan usia produktif mulai dari umur 21-29 tahun. Adapun, produk reksa dana pasar uang menjadi investasi paling favorit bagi para investor retail, terutama bagi mereka yang mulai berkenalan dengan investasi reksa dana.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aset Capai Rp101 T, Intip Perayaan Digital 51 Tahun Bank Mega

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular