
Mau Trading Saham Gorengan? Ini 3 Tips Agar Tak Rugi Besar

Jakarta, CNBC Indonesia - Analis menyebut investor dengan profil risiko tinggi atau high risk yang aktif bertransaksi saham. Terlebih di saham-saham volatilitas tinggi alias saham gorengan juga perlu memperhatikan hal-hal khusus agar tak terjebak dan malah merugi besar karena saham ini.
Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana mengatakan perlu dicermati saham-saham yang dijadikan pilihan untuk bertransaksi oleh investor. Karena normalnya investasi pada instrumen saham cenderung digunakan untuk investasi jangka panjang.
Kata Wawan, saham-saham gorengan ini biasanya memiliki kapitalisasi pasar (market cap) kecil atau di bawah Rp 1 triliun. Dengan kapitalisasi saham yang rendah ini, akan membuat investor tertentu mudah untuk mengangkat harga tanpa membutuhkan modal yang besar.
"Saat ini saham dengan kapitalisasi terbesar BBCA, kapitalisasinya Rp 700 triliun, ya kalau mau goreng BCA butuh modal yang besar sekali. Kecuali yang mau digoreng saham dengan kapitalisasi di bawah Rp 1 triliun, mungkin dengan modal Rp 50 miliar sudah bisa mengangkat harga saham," kata Wawan dalam wawancara dengan CNBC Indonesia TV.
Lalu bagaimana jika investor yang high risk ini agar tak terjebak di saham-saham gorengan ini? Berikut saran yang diberikan Wawan.
1. Diversifikasi. Investor yang mau mengambil risiko tetap harus mendiversifikasi saham-saham yang diinvestasikannya. Disarankan untuk saham-saham gorengan ini hanya sebesar 10% dari total aset saham yang dimiliki.
"Kalau big caps itu kan biasanya untuk jangka panjang 60-70%. Small caps, itu belum tentu saham gorengan, tergantung perusahaan ada potensi untuk growth karena biasanya mereka masuk ke saham yang jadi big caps dari small caps," katanya.
2. Disiplin cut loss. Wawan menyebutkan, investor yang memiliki saham-saham volatilitas tinggi ini harus disiplin untuk menerapkan cut loss jika harga saham tersebut sudah mengalami penurunan.
"Yang utama ketika berani masuk ke gorengan jadi berani rugi. Biasanya dimulai di 8% step pertama di 8% ya. Step kedua biasanya di 15%. Kalau sampai di bawah 15 itu harusnya semuanya," jelas dia.
3. Patok besaran keuntungan. Selain disiplin untuk melakukan cut loss, investor juga harus disiplin dari menentukan tingkat keuntungan yang diperoleh dari suatu saham beresiko tinggi.
"Idealnya investor sudah punya target, dari saham ini mau 50%. Jadi kalau sudah naik 50% ada profit taking, minimal sebagian atau semuanya."
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dahlan Iskan Ikut Soroti Adani, Ini Analisanya