
Kabar Baik Vaksin Picu Harga Minyak Naik Lagi, Dekati US$ 45

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia pada pekan ini melesat dan makin mendekati level US$ 45/barel.
Pekan ini, harga minyak jenis brent menguat 5,1% secara point-to-point ke level US$ 44,96. Dalam periode yang sama, yang jenis light sweet melesat 5,71% ke US$ 42,42.
Harga minyak naik kembali pada pekan ini karena pasar merespons kabar positif terkait vaksin virus corona (Covid-19), di mana kabar tersebut sudah berlangsung 2 pekan terakhir. Vaksin tersebut yakni vaksin besutan Pfizer dengan BioNTech dan vaksin buatan Moderna.
Sebelumnya pada pekan lalu, vaksin buatan Pfizer dan BioNTech diklaim sukses dalam uji klinis tahap terakhirnya hingga lebih dari 90%. Kabar baiknya lagi, pada pekan ini, persentase keberhasilan vaksin membuat antibodi di tubuh orang dewasa bertambah hingga 95%.
Selain vaksin Pfizer, Moderna juga mengklaim sama dengan kesuksesan uji klinis tahap akhir hingga 94,5%.
"Ini merupakan momentum perbaikan dalam perkembangan kandidat vaksin Covid-19 milik kami. Sejak awal Januari kami mengejar virus ini dengan intens untuk melindungi manusia di seluruh dunia sebisa mungkin. Analisis positif dari studi fase III memberikan validasi klinis awal bahwa vaksin bisa mencegah Covid-19," ujarnya CEO Moderna Stephane Bancel.
Pada Agustus 2020 lalu, Moderna mengatakan menjual vaksin tersebut dengan harga US$ 32-US$ 37 per dosis untuk sejumlah pembeli. Namun bila penjualan dalam jumlah besar, harganya bisa jauh lebih murah.
Akhir tahun ini, Moderna menyatakan siap mengirim sekitar 20 juta dosis vaksin ke AS. Kemudian tahun depan bakal mengedarkan secara global sebanyak 500 juta hingga 1 miliar dosis vaksin.
Kabar baik tersebut direspons pasar dan harga minyak yang tadinya ambles merangkak naik. Bahkan secara month to date harga kontrak minyak sudah melesat dobel digit lebih dari 15%.
Sebenarnya jalan untuk mendapatkan vaksin Covid-19 masih terbilang panjang karena itu baru analisa awal. Lagipula pertambahan jumlah kasus infeksi terus meningkat setiap harinya.
Kasus infeksi Covid-19 harian di AS diperkirakan bakal tembus angka 200.000. Ini menjadi sentimen negatif untuk pasar energi terutama minyak. Saat pasar terancam mengalami penurunan permintaan, pasokan justru berpotensi surplus.
Mengutip Reuters, output minyak Libya sekarang sudah meningkat 1,25 juta barel per hari (bph). Libya akan terus mendorong output minyaknya dan tak akan ikut pada kesepakatan pengaturan output sebelum kapasitasnya mencapai 1,7 juta bph.
Kenaikan output minyak Libya ini menjadi alarm bagi organisasi negara-negara eksportir minyak dan sekutunya (OPEC+). Para kartel ini disebut bakal menunda rencananya untuk meningkatkan output sebesar 2 juta bph yang seharunya mulai Januar nanti.
Menteri Energi Uni Emirat Arab (UEA) Suhail al-Mazrouei mengatakan negaranya selalu menjadi anggota OPEC yang berkomitmen dan telah menunjukkan komitmen ini melalui kepatuhannya pada perjanjian pengurangan pasokan minyak OPEC+ yang sedang berlangsung.
Komentar menteri tersebut sebagai tanggapan atas laporan media bahwa UEA telah mempertanyakan manfaat berada di OPEC dan bahkan mempertimbangkan apakah akan meninggalkan kelompok penghasil minyak tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Efek Virus Corona Gelombang II di China, Minyak Mentah Merana