
Pekan Lalu Ambrol 3% Lebih, Sekarang Saatnya Nyerok Emas?

Untuk jangka panjang, para analis masih belum merubah proyeksi emas akan menguat dan memecahkan rekor tertinggi. Bahkan saat vaksin virus corona sudah mulai didistribusikan ke warga dunia.
"Virus bisa hilang, tetapi bukan berarti perekonomian akan pulih dengan cepat. Sudah terjadi banyak kerusakan yang tidak bisa diperbaiki dengan cepat," kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank, sebagaimana dilansir Kitco, Senin (9/11/2020).
"Pada dasarnya (saat emas ambrol pekan lalu) kita melihat pelaku pasar yang keluar dari emas setelah melakukan aksi beli dalam 6 bulan terakhir. Tetapi masih ada banyak ketidakpastian untuk emas, vaksin menjadi kabar bagus (bagi perekonomian), tetapi tetap tidak merubah narasi (penguatan emas) yang ada," katanya
Hansen merupakan analis yang memprediksi harga emas akan mencapai US$ 4.000/troy ons dalam beberapa tahun ke depan. Artinya emas akan memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,49/troy ons yang dicapai pada 7 Agustus lalu.
Setelah mencapai rekor tersebut, emas memang kesulitan untuk melaju kencang, tetapi setelah pemerintahan baru di AS sudah terbentuk di bawah pimpinan presiden terpilih Joseph 'Joe' Biden.
Tanda-tandanya sudah terlihat 2 pekan lalu ketika Joe Biden diproyeksikan memenangi pemilihan presiden, emas langsung melesat, sebelum dibanting kembali oleh kabar vaksin Pfizer.
Kemenangan Biden memang dianggap lebih menguntungkan bagi emas sebab stimulus fiskal yang akan digelontorkan akan lebih besar ketimbang petahana Donald Trump.
Oleh karena itu, ketika pemerintahan baru sudah terbentuk, dan stimulus fiskal akhirnya digelontorkan, periode kenaikan emas berpotensi dimulai kembali.
Kepala Strategi Global TD Securities Bart Melek menyampaikan bahwa harga emas akan bergerak di rentang US$ 1.850 - US$ 1.930 per troy ons untuk pekan ini, melansir Kitco News.
Untuk tahun 2021, Melek meramalkan harga emas bakal sentuh level US$ 2.500/troy ons. Alasannya pemulihan ekonomi masih berjalan lambat, butuh waktu juga untuk melakukan imunisasi masal dengan vaksin Covid-19 yang kini tengah dikembangkan.
Dengan alasan yang sama, bank investasi global Goldman Sachs tetap mempertahankan target harganya untuk tahun 2021 di US$ 2.300/troy ons. Selain karena alasan yang dikemukakan oleh Melek tadi, aspek peningkatan permintaan emas fisik di China dan India juga bakal ikut mendorong naiknya harga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
