Newsletter

Waspada! IHSG Mungkin Terkena Aksi Profit Taking Hari Ini

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
11 November 2020 06:03
Bursa efek Indonesia
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kembali ditutup menguat pada perdagangan Selasa (10/11/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), nilai tukar rupiah, dan harga obligasi pemerintah sama-sama menguat akibat sentimen dari vaksin Pfizer yang dianggap ampuh menangkal virus corona (Covid-19) hingga 90%.

Kemarin, IHSG kembali menguat hampir 2% atau lebih tepatnya 1.99% di level 5.462,74. Penguatan IHSG kembali terangkat dibandingkan dengan sehari sebelumnya.

Mayoritas bursa Asia masih menguat pada perdagangan kemarin, di mana penguatan terbesar dicetak oleh indeks PSE Composite Filipina yang menguat lebih dari 5% atau lebih tepatnya 5,23%.

Namun, beberapa indeks Asia mengalami pelemahan, di mana indeks yang melemah terbesar ada di indeks Shanghai Composite China yang melemah 0,4%.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat kemarin. Namun, penguatannya cenderung tipis, yakni 0,07% ke level 14.040.

Sedangkan mata uang Asia mayoritas mengalami pelemahan terhadap dolar AS, di mana pelemahan yang terbesar ada di ringgit Malaysia yang melemah 0,29%.

Kemudian harga obligasi pemerintah atau surat berharga negara (SBN) pada perdagangan mayoritas ditutup menguat, ditandai dengan imbal hasil (yield) di hampir semua obligasi pemerintah yang melemah.

Pasar keuangan domestik yang kembali menguat dikarenakan pelaku pasar merespons positif terkait kabar dari suksesnya uji klinis tahap akhir vaksin corona (Covid-19) besutan Pfizer.Inc. dan BioNTech SE., dimana vaksin berkode mRNA tersebut diklaim ampuh hingga 90% tanpa efek samping yang berbahaya.

Chairman & CEO Pfizer, Albert Bourla mengatakan perkembangan terakhir tersebut menjadi hari yang indah bagi ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Efikasi final dari vaksin tersebut dikatakan aman.

"Hasil pertama dari uji klinis fase tiga uji vaksin mengindikasikan kemampuan vaksin kami untuk mencegah Covid-19," ujar Bourla dalam pernyataannya, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (10/11/2020),

"Dengan berita hari ini kami sudah makin dekat untuk menyediakan vaksin kepada masyarakat di seluruh dunia, dan diharapkan bisa membantu mengakhiri krisis kesehatan dunia," ungkap Bourla.

Kedua perusahaan tersebut berencana untuk mengajukan penggunaan darurat vaksin kepada Food and Drug Administration (FDA) AS pada pekan ketiga November 2020.

Kabar tersebut memunculkan harapan hidup akan segera kembali normal, roda bisnis perlahan kembali berputar, dan perekonomian segera bangkit. Alhasil, aset-aset berisiko seperti SBN kembali menguat.

Jadi seiring masih kuatnya sentimen dari kemenangan Biden-Harris, ditambah kabar baik dari vaksin besutan Pfizer dan BioNTech, membuat pasar keuangan kembali mencatatkan kinerja positifnya, walaupun penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar cenderung tipis.

Bursa acuan global, Wall Street ditutup mixed, mayoritas melemah pada perdagangan Selasa (10/11/2020), di tengah aksi profit taking sektor teknologi yang mengakibatkan indeks Nasdaq kembali melemah

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 262,95 poin atau 0,9% ke level 29.420,92, di mana hanya indeks DJIA saja yang menguat pada perdagangan Selasa.

Sementara itu, S&P 500 ditutup terpangkas 4,97 poin atau 0,14% ke level 3.545,53, kemudian Nasdaq ditutup ambles 159,93 atau 1,37% ke 11.553,86.

Hal ini terjadi karena investor menjual saham teknologi yang diuntungkan dari penguncian virus dan mendukung sektor-sektor yang paling terdampak selama pandemic. Investor juga optimis bahwa vaksin COVID-19 akan menyebabkan ekonomi kembali tumbuh.

Indeks utama AS telah mencapai puncak hariannya pada Senin (9/11/2020), setelah Pfizer Inc. mengatakan vaksin yang dikembangkannya bersama perusahaan bioteknologi asa Jerman, BioNTech SE., 90% efektif melawan COVID-19.

"Trading berbasis sentimen 'tinggal di rumah', yang telah mendongkrak bursa sepanjang tahun ini, berpeluang kehilangan daya-tariknya," tutur Lindsey Bell, Kepala Perencana Investasi Ally Invest, sebagaimana dikutip CNBC International.

Saham-saham teknologi seperti Amazon.com Inc, Facebook Inc, dan Microsoft Inc, yang telah booming selama tren 'work-from-home' tahun ini, kembali melemah melanjutkan kerugian pada Senin dan membebani pergerakan indeks Nasdaq.

"Semua orang keluar dari sektor tersebut dan mengatakan hal yang sama bahwa sekarang adalah waktunya untuk menjual saham teknologi" kata Robert Pavlik, senior manajer portofolio di Dakota Wealth di Fairfield, Connecticut.

"Orang-orang percaya vaksin Pfizer akan memulai pembukaan kembali ekonomi yang memaksa orang kembali ke jalan, kembali bekerja dan kembali ke toko-toko,"

Selain itu, pergerakan Wall Street cenderung berfluktuasi karena beberapa investor memantau ketidakpastian pemilu setelah Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dari Partai Republik yang mengatakan bahwa Presiden Donald Trump tidak akan mengakui Gedung Putih kepada Demokrat Joe Biden.

Tetapi, sebagian besar pelaku pasar mengabaikan keluhan pemerintahan Trump tentang hasil pemilu karena mereka belum menghasilkan bukti yang jelas dari masalah penghitungan suara.

Sekretaris Menteri Kesehatan AS, Alex Azar mengatakan pada hari Selasa bahwa jika Pfizer menyerahkan vaksin COVID-19 tersebut kepada regulator kesehatan secepatnya, maka kemungkinan pemerintah AS dapat memulai vaksinasi pada bulan Desember.

Terobosan vaksin tersebut dapat melemahkan sentimen dari Rancangan Undang Undang (RUU) stimulus fiskal AS, meskipun beberapa investor mengatakan bahwa bantuan masih diperlukan untuk pemulihan sektor usaha yang terdampak pandemi.

Sentimen pertama, masih terkait dengan kabar vaksin Pfizer yang ampuh menangkal 90% virus corona dan kemenangan Biden dalam pilpres AS kali ini.

Namun, yang patut diperhatikan oleh pelaku pasar hari ini adalah adanya potensi aksi profit taking. Jika dilihat dari pola pergerakan bursa Eropa, Wall Street (Amerika Serikat) dan Asia, tren penguatannya mulai menurun.

Hal ini juga kemungkinan terjadi di Indonesia, di mana IHSG dan rupiah belakangan ini sudah menguat tajam, sehingga rawan terkena aksi profit taking.

Sentimen kedua, yakni di dalam negeri, hari ini akan dirilis data transaksi berjalan untuk periode kuartal III tahun 2020 yang seharusnya dirilis kemarin.

Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia, diperkirakan transaksi berjalan Indonesia masih kontraksi, yakni sebesar US$ 9 miliar.

Transaksi berjalan merupakan satu dari dua komponen Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), dan menjadi faktor yang begitu krusial dalam menentukan laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil.

Selain data transaksi berjalan, hari ini juga akan dirilis data penjualan eceran untuk periode September 2020.

Penjualan eceran juga merupakan leading indicator, indikator mula untuk meneropong ke mana ekonomi akan bergerak, kontraksi atau ekspansi.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1.       Rilis data tingkat pengangguran Korea Selatan periode Oktober 2020 (06:00 WIB)
  2.       Rilis data indeks keyakinan konsumen (IKK) Australia periode November 2020 (06:30 WIB)
  3.       Rilis data transaksi berjalan Indonesia kuartal III-2020 (10:00 WIB)
  4.       Rilis data penjualan eceran Indonesia periode September 2020 (10:00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (kuartal III-2020 YoY)

-3,49%

Inflasi (Oktober 2020 YoY)

1,44%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Oktober 2020)

4%

Defisit Anggaran (APBN 2020)

-6,34% PDB

Transaksi berjalan (kuartal II-2020)

-1,18% PDB

Neraca pembayaran (kuartal II-2020)

US$ 9,24 miliar

Cadangan devisa (Oktober 2020)

US$ 133,7 miliar


TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular