
Biden Menang & Vaksin Pfizer Sukses, Saatnya Lepas Dolar AS?

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) sedang tertekan sejak pekan lalu akibat hasil pemilihan presiden (pilpres) yang menunjukkan kenangan Joseph 'Joe' Biden dari Partai Demokrat melawan petahana dari Partai Republik, Donald Trump.
Ada anggapan di pasar, jika Biden memenangi pemilihan umum, maka dolar AS akan melemah. Sementara jika Trump lanjut 2 periode, maka dolar AS akan menguat.
Sebabnya, jika Biden menang maka perang dagang AS-China kemungkinan akan berakhir, atau setidaknya tidak lebih buruk dari saat ini. Saat itu terjadi, sentimen pelaku pasar akan terus membaik, dan daya tarik dolar AS sebagai aset safe haven akan meredup.
Alhasil, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan mata uang Paman Sam saat ini berada di dekat level terendah dalam lebih dari 2 tahun terakhir.
Sebaliknya, jika Trump menang maka ada risiko perang dagang akan memburuk, yang bisa meningkatkan permintaan terhadap dolar AS.
Kemudian dari sisi stimulus fiskal guna menanggulangi pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Biden akan menggelontorkan nilai yang lebih besar ketimbang Trump.
Nancy Pelosi, Ketua House of Representative (DPR) dari Partai Demokrat sebelumnya mengajukan stimulus fiskal dengan nilai US$ 2,2 triliun, yang tidak disepakati oleh Pemerintahan Trump, dan ditolak oleh Partai Republik.
Semakin besar stimulus artinya semakin banyak uang yang beredar di perekonomian, secara teori dolar AS akan melemah.
Sementara Pemerintahan Trump sebelumnya mengajukan nilai stimulus senilai US$ 1,8 triliun itu pun tidak disetujui oleh partainya sendiri, Republik karena dianggap terlalu besar.
Masih terkait hasil pilpres dan dolar AS, hasil survei Reuters menunjukkan jika aksi jual (short) mata uang Paman Sam masih akan terus berlangsung setelah perhelatan akbar 4 tahun sekali tersebut.
Survei yang dilakukan pada 27 Oktober hingga 2 November menunjukkan sebanyak 29 dari 42 analis atau sekitar 70% mengatakan posisi jual (short) dolar AS masih akan tetap sama atau malah meningkat setelah pilpres usai.
Selain itu, 39 dari 60 analis mengatakan pergerakan dolar AS akan lebih tergantung dari hasil pilpres ketimbang penyebaran penyakit virus corona (Covid-19).
"Pergerakan dolar AS jelas tergantung dari hasil pilpres, tetapi yang terlihat adalah... ruang penguatan dolar AS yang sangat kecil, dan ketika itu terjadi, penguatan dolar AS akan dianggap sebagai peluang melakukan aksi jual," kata Steve Englander, kepala riset mata uang G10 di Standar Chartered, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (3/11/2020).
Sebanyak 25 dari 57 analis yang disurvei Reuters juga menyatakan dolar AS akan menguat seandainya Donald Trump terpilih kembali sebagai presiden.
Kemudian survei yang lebih terhadap lebih dari 70 analis mata uang menunjukkan dolar AS akan melemah melawan mata uang utama di tahun depan.