
Sempat Mampir Rp 13.975/US$, Rupiah Cuma Menguat Tipis 0,07%

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melanjutkan reli melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (10/11/2020). Dengan kinerja hari ini, rupiah membukukan penguatan 6 hari beruntun.
Namun, tidak seperti hari-hari sebelumnya penguatan rupiah hari ini tipis saja.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,36% di Rp 14.000/US$, setelahnya mampu menguat hingga 0,53% ke Rp 13.975/US$.
Sayangnya, level tersebut menjadi yang terkuat hari ini, bahkan sempat berbalik melemah 0,11% ke Rp 14.065/US$. Di penutupan perdagangan, rupiah kembali menguat tipis 0,07% ke Rp 14.040/US$.
Mayoritas mata uang utama Asia menguat melawan dolar AS hari ini. Hingga pukul 15:17 WIB, won Korea Selatan menjadi yang terbaik dengan penguatan 0,36%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Balik lagi ke rupiah, level Rp 13.975/US$ merupakan yang terkuat dalam 5 bulan terakhir. Sejak pekan lalu hingga ke level tersebut, rupiah sudah melesat lebih dari 4%.
Melihat posisinya serta persentase penguatan tersebut maka wajar penguatan rupiah terpangkas akibat aksi ambil untung (profit taking).
Rupiah mampu menembus ke bawah Rp 14.000/US$ sebab sentimen pelaku pasar sedang bagus-bagusnya merespon kabar vaksin virus corona dari Pfizer.
Perusahaan farmasi asal AS tersebut berkolaborasi dengan BioNTech asal Jerman, dan mengumumkan vaksin buatanya efektif menangkal penyakit akibat virus corona (Covid-19) hingga lebih dari 90% tanpa efek samping yang berbahaya.
Chairman & CEO Pfizer Albert Bourla mengatakan perkembangan terakhir tersebut menjadi hari yang indah bagi ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Efikasi final dari vaksin tersebut dikatakan aman.
"Hasil pertama dari uji klinis fase tiga uji vaksin mengindikasikan kemampuan vaksin kami untuk mencegah Covid-19," ujar Bourla dalam pernyataannya, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (10/11/2020).
"Dengan berita hari ini kami sudah makin dekat untuk menyediakan vaksin kepada masyarakat di seluruh dunia, dan diharapkan bisa membantu mengakhiri krisis kesehatan dunia," ungkap Bourla.
Kedua perusahaan tersebut berencana untuk mengajukan penggunaan darurat vaksin kepada Food and Drug Administration (FDA) AS pada pekan ketiga November 2020.
Kabar tersebut memunculkan harapan hidup akan segera kembali normal, roda bisnis perlahan kembali berputar, dan perekonomian segera bangkit. Alhasil, aset-aset berisiko langsung melesat, bursa saham Eropa dan AS menguat tajam, beberapa bursa Asia yang sudah buka pagi ini juga menghijau.
Rupiah menjadi punya modal tambahan untuk terus melaju kencang setelah sebelumnya ditopang hasil pemilihan presiden AS yang menunjukkan kemenangan Joseph 'Joe' Biden dari Partai Demokrat, melawan petahana dari Partai Republik, Donald Trump.
Kemenangan Biden dianggap menguntungkan negara-negara emerging market seperti Indonesia, sebab perang dagang AS-China kemungkinan akan berakhir atau setidaknya tidak memburuk. Selain itu, stimulus fiskal juga akan lebih besar ketimbang yang akan digelontorkan Trump dan Partai Republik.
Nancy Pelosi, Ketua House of Representative (DPR) dari Partai Demokrat sebelumnya mengajukan stimulus fiskal dengan nilai US$ 2,2 triliun, yang tidak disepakati oleh Pemerintahan Trump, dan ditolak oleh Partai Republik.
Semakin besar stimulus artinya semakin banyak uang yang beredar di perekonomian, secara teori dolar AS akan melemah.
Negara-negara emerging market seperti Indonesia juga berpotensi kecipratan aliran modal yang membuat rupiah perkasa.
Terbukti, data Bank Indonesia menunjukkan pada periode 2-5 November 2020, transaksi nonresiden di pasar keuangan domestik membukukan beli neto Rp3,81 triliun. Rinciannya, beli neto di pasar SBN sebesar Rp3,87 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp 0,06 triliun.
Sementara data dari Bursa Efek Indonesia menunjukkan sepanjang pekan lalu, investor asing melakukan aksi beli (net buy) sebesar Rp 1,2 triliun. Aksi beli masih berlangsung kemarin, tercatat Rp 189 miliar, dan hari ini Rp 1,73 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina