Investasi Saham

Yusuf Mansur Cuan di BRIS, Lo Kheng Hong Untung di Komoditas

tahir saleh, CNBC Indonesia
09 November 2020 10:50
Lo keng hong & Yusuf Mansyur/ Aristya Rahadian
Foto: Lo keng hong & Yusuf Mansyur

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor pasar modal saat ini mendapatkan sosok baru dalam berinvestasi saham. Jika sebelumnya ada nama pakar value investing, investasi nilai, yang dimotori oleh investor kawakan Lo Kheng Hong, kini pasar saham Indonesia melirik pada satu nama yakni ustaz Yusuf Mansur.

Nama ustaz kondang ini makin masyhur setelah dia memegang saham PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS) yang mendapatkan sentimen merger bank syariah BUMN.

Sebelumnya YM, panggilan akrabnya, sudah mendirikan perusahaan manajer investasi yakni PT Paytren Aset Manajemen sebagai kendaraan investasi dan juga mengelola reksa dana berbasis syariah.

Kini YM masuk di saham BRIS dan mendapatkan cuan cukup besar, menurut pengakuannya. Dia sudah menjual sebagian kepemilikan saham anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) tersebut.

"Sudah saya cashout [lepas] kemarenan," kata ustaz YM, panggilan akrabnya, kepada CNBC Indonesia, Sabtu sore (7/11/2020),

"Itu [BRIS] milik umat, umat berhak, lebih berhak malah [membeli sahamnya] sebagai penyandang nama bank syariah," kata YM.

Ditanya berapa keuntungan setelah melepas saham BRIS, ustaz YM hanya berseloroh keuntungannya berkali lipat di investasi saham BRIS.

Namun dia menegaskan tak menjual seluruh kepemilikan di saham BRIS, masih ada sebagian yang masih disimpan untuk jangka panjang.

"Ga dong [tak dijual semua], masa diabisin. Pokoknya 3 kali lipet [keuntungan]," selorohnya dengan nada bercanda.

Yusuf Mansur memang menegaskan bahwa horizon investasinya adalah investasi jangka panjang demi pengembangan perbankan syariah. Selain itu investasi di saham syariah pun (apa pun emiten syariahnya), diharapkan bisa diikuti oleh masyarakat agar bisa melek investasi.

Komitmen itu disampaikan kendati saham BRIS saat ini mulai mengalami tren turun di tengah sentimen positif merger bank syariah BUMN.

Dalam skema merger, BRIS akan menjadi bank survivor dan menerima penggabungan dua bank syariah BUMN lainnya yakni PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah (BNI). Merger tiga bank syariah pelat merah ini akan efektif pada 1 Februari 2021.

"Harus ada kemauan untuk membersamai industri syariah dan ekonomi umat, yang bukan bicara cash in cash out, bukan chip in chip out, memuaskan diri menjadi pemegang saham dan dapat bagi hasil dari Allah, di dan dari setiap kegiatan dan aktivitas perbankan syariah, entar keberkahan dunia, ngikut," katanya.

Yusuf Mansur adalah salah satu dari sekian banyak pemegang saham BRISyariah dari investor ritel di bawah 5% sehingga tidak tercatat dalam laporan keuangan BRIS.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada penutupan perdagangan Jumat lalu (6/11), harga saham BRIS memang ditutup minus 2,77% di level Rp 1.230/saham, dengan nilai transaksi harian Rp 217,23 miliar dan volume perdagangan 172,57 juta saham.

Meski minus, tapi secara pekanan, saham BRIS hanya terkoreksi tipis 0,40%.

Pada perdagangan Senin pagi ini (9/11/2020), pukul 10.21 WIB, saham BRIS stagnan di level Rp 1.230/saham. Dalam 3 bulan terakhir saham BRIS lompat 127% dan 6 bulan terakhir meroket 533%.

Sementara itu, Lo Kheng Hong, dalam kesempatan sebelumnya juga bercerita soal keuntungannya berinvestasi saham, terutama di saham-saham berbasis komoditas.

Lo merupakan penganut value investing dan sangat 'fanatik' dengan kisah sukses dengan Warren Buffett, orang terkaya nomor tiga di dunia, yang juga sukses investasi di saham. Ini juga yang membuat Lo Kheng Hong mendapat julukan Warren Buffett Indonesia.

Strategi nilai investasi atau value investing, pertama kali dikenalkan Benjamin Graham dalam bukunya The Intelligent Investor. Value investing adalah strategi investasi untuk menemukan saham super dengan harga yang lebih murah dari harga wajarnya.

Bekal ilmu value investing, Lo menerapkannya dalam berinvestasi di emiten-emiten yang mengolah komoditas sumber daya alam (SDA).

Jika kepemilikan saham YM di BRIS (dan mungkin saham syariah lainnya) belum diketahui secara detail, kepemilikan saham Lo Kheng Hong justru terpapar jelas, lantaran dia punya di atas 5% yang memang wajib dilaporkan.

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang dipublikasikan di keterbukaan informasi BEI, tiga saham yang dimiliki Lo lebih dari 5%, yaitu PT Petrosea Tbk (PTRO), PT Global Mediacom Tbk (BMTR) dan PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS).

PTRO dan MBSS adalah dua kendaraan bisnis yang dimiliki Grup Indika Energy, PT Indika Energy Tbk (INDY), perusahaan tambang Indonesia.

Total nilai kapitalisasi kepemilikan tiga saham Lo Kheng Hong tersebut mencapai Rp 505,97 miliar, berdasarkan harga pasar per 2 November 2020.

Kepemilikan Lo di saham Petrosea sebanyak 15% atau 151.315.800 saham. Pada perdagangan Senin pekan lalu (2/11/2020), harga saham PTRO berada pada level Rp 1.690/unit. lg.php.gifArtinya nilai kapitalisasi saham PTRO milik Lo saat ini mencapai Rp 255,73 miliar. Harga saham PTRO tahun ini relatif stabil, dari awal tahun hingga hari ini saham PTRO tercatat naik 5,61%.

Lalu Lo juga memiliki 5,68% atau 942.184.700 unit saham BMTR, perusahaan yang dikendalikan oleh pengusaha Hary Tanoesoedibjo

Hampir sebagian besar cuan atau keuntungan yang dibukukan Lo, panggilan akrabnya, berasal dari saham-saham yang berbasis komoditas.

Alasannya, pergerakan harga komoditas yang fluktuatif menjadi kesempatan untuk mendapatkan untung besar.

"Saya banyak mendapatkan keuntungan dari saham komoditas. Dulu ada PT Timah Tbk (TINS), PT Indika Energy Tbk (INDY) perusahaan batu bara, ada PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), karena komoditas itu berfluktuasi," kata Lo saat menceritakan kisah sukses dirinya berinvestasi saham di Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2020 secara virtual, Sabtu (24/10/2020).

Lo selalu mencermati pergerakan harga komoditas. Contohnya, dia tahu jika harga batu bara berfluktuasi dari harga US$ 100/ton dan drop ke US$ 50/ton, tapi bisa berbalik arah dalam waktu yang sangat cepat.

"Saya membeli saham batu bara ketika bad time, saat harganya murah. Saya beli, saya simpan karena saya tahu, suatu hari harganya pasti akan ke US$ 100/ton. Ketika harga batu bara ke US$ 100, perusahaan batu bara untung besar dan harga sahamnya naik 4.000% dan saya jual," kata Lo.

Menurut Lo, jika dia berinvestasi di sektor lain, belum tentu mendapatkan capital gain atau cuan sebesar itu.

Lo juga pernah untung besar dari saham PT United Tractors Tbk (UNTR) yang merupakan momen awal dirinya mengeruk keuntungan besar dari investasi saham. Pada 1998, Lo membeli saham UNTR pada harga Rp 250/saham.

Selama 6 tahun Lo menginvestasikan uangnya pada saham ini. Si Warren Buffett-nya Indonesia ini sangat percaya dengan konsep value investing, sehingga selama 6 tahun ia 'tidur' dan tidak mengutak-atik saham UNTR.

Baru pada 2004, harga saham UNTR sudah mencapai Rp 15.000/saham dan ia menjualnya. Lo Kheng Hong meraup untung hingga 5.900%.

Cerita seperti ini diulang pada saham-saham yang lain.Lo membeli saham INKP pada harga Rp 1.000/saham. Lalu 1,5 tahun kemudian ia menjualnya pada harga rata-rata Rp 10.000/saham. Lo mampu meraup untung 900% dari saham INKP.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular