Pandemi Covid-19, Bikin Garuda Rugi Lagi Rp 15 T di Q3-2020

Monica Wareza, CNBC Indonesia
06 November 2020 14:48
Garuda Indonesia Luncurkan Livery Pesawat
Foto: Garuda Indonesia Luncurkan Livery Pesawat "bermasker" (Dok. Garuda Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 kembali membuat PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) kembali membukukan kerugian mencapai US$ 1,07 miliar (Rp 15,58 triliun, asumsi kurs Rp 14.500/US$) pada akhir kuartal ketiga 2020 lalu. Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya perusahaan telah membukukan laba bersih senilai US$ 122,42 juta.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, faktor utama kerugian ini lantaran pendapatan yang turun drastis mencapai 67,83% year on year (YoY) menjadi sebesar Rp 1,13 miliar (Rp 16,51 triliun) pada akhir September lalu. Turun dari pendapatan di akhir September 2019 yang senilai US$ 3,54 miliar.

Penurunan paling besar terjadi pada pendapatan penerbangan berjadwal yang turun menjadi US$ 917,28 juta dari sebelumnya US$ 2,79 juta.

Kemudian penerbangan tidak berjadwal juga turun menjadi US$ 46,92 juta dari sebelumnya US$ 249,91 juta. Penurunan ini utamanya karena tak adanya penerbangan haji tahun ini, padahal pendapatan penerbangan haji ini berkontribusi cukup besar di pos ini.

Pendapatan lain-lain juga mengalami penurunan drastis dari US$ 494,89 juta menjadi senilai US$ 174,55 juta karena turunnya seluruh komponen jasa yang dimiliki oleh grup Garuda Indonesia. Terutama disebabkan tak adanya pendapatan dari jasa ground handling dan turunnya pendapatan dari jasa pemeliharaan dan perbaikan pesawat.

Perusahaan berupaya menurunkan beban usaha sepanjang tahun ini sehingga pada periode tersebut beban usaha turun menjadi US$ 2,24 miliar dari sebelumnya di akhir kuartal III-2019 sebesar US$ 3,28 miliar.

Selain itu, juga ada beban lain-lain senilai US$ 30,50 juta dari sebelumnya merupakan pendapatan sebesar US$ 13,62 juta.

Perusahaan juga mendapatkan kerugian dari bagian entitas asosiasi senilai US$ 3,99 juta dari sebelumnya untung US$ 135.595.

Beban keuangan juga mengalami peningkatan menjadi senilai US$ 313,42 juta dari sebelumnya senilai US$ 66,76 juta.

Dari segi aset, di pos aset lancar terjadi penurunan menjadi sebesar US$ 714,33 juta dari posisi di akhir Desember 2020 lalu yang senilai US$ 1,33 miliar. Utamanya karena penyusutan kas dan setara kas menjadi US$ 169,99 juta dari US$ 299,34 juta dan turunnya nilai piutang usaha serta tagihan bruto kepada pelanggan.

Sedangkan aset tak lancar mengalami peningkatan drastis menjadi US$ 9,19 miliar dari posisi US$ 3,32 miliar di akhir tahun lalu. Kenaikan ini karena adanya aset tetap perusahaan yang nilainya meningkat menjadi US$ 6,85 miliar dari sebelumnya US$ 1,14 miliar.

Sehingga total aset pada periode ini menjadi US$ 9,90 miliar, naik dari posisi 31 Desember 2020 yang sebesar US$ 4,45 miliar.

Total liabilitas perusahaan juga naik tajam pada akhir September lalu menjadi US$ 10,36 miliar. Naik tajam dari sembilan bulan sebelumnya yang senilai US$ 3,73 miliar.

Kenaikan ini terutama terjadi pada liabilitas jangka panjang yang menjadi US$ 5,66 miliar dari US$ 477,21 juta. Terutama disebabkan karena liabilitas sewa pembiayaan yang naik tinggi dan liabilitas estimasi biaya pengembalian dan pemeliharaan pesawat.

Sedangkan liabilitas jangka pendek naik tipis menjadi US$ 4,69 miliar dari sebelumya US$ 3,25 miliar di akhir Desember 2019.

Pada akhir kuartal III-2020 lalu perusahaan terpaksa membukukan nilai ekuitas negatif senilai US$ 455,57 juta dibanding dengan ekuitas yang masih positif di akhir 2019 yang senilai US$ 720.62 juta.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pokoknya Restrukturisasi! GIAA Juga Siapkan Penambahan Modal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular