
Siap-siap! Erick Bakal Rombak Lagi Manajemen Garuda

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten maskapai penerbangan BUMN, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) bakal melakukan perubahan pengurus perusahaan pada November mendatang.
Rencana ini akan menjadi agenda ketiga dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) perusahaan.
Berdasarkan keterbukaan informasi yang dirilis perusahaan, RUPSLB ini akan dilaksanakan pada 20 November 2020 berlokasi di Garuda City, Bandar Udara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
Terdapat tiga mata acara dalam RUPSLB ini antara lain peningkatan modal dasar, modal ditempatkan dan disetor perusahaan, perubahan anggaran dasar dan perubahan susunan pengurus perusahaan.
Hal ini berkaitan dengan rencana penerbitan dan pelaksanaan obligasi wajib konversi/OWK (mandatory convertible bond/MCB) sebanyak-banyaknya Rp 8,5 triliun yang akan dikonversi melalui mekanisme penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (private placement).
Seperti disampaikan perusahaan sebelumnya bahwa GIAA akan merilis OWK paling banyak Rp 8,5 triliun.
Surat utang ini akan dikonversi tujuh tahun kemudian menjadi kepemilikan saham melalui mekanisme Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD)/private placement.
Berdasarkan prospektus awal, harga private placement ini nanti akan dieksekusi di harga Rp 206/saham.
Jumlah saham yang akan diterbitkan sebanyak 41,26 miliar saham sehingga nantinya saham seri B akan mengalami penurunan kepemilikan (dilusi) 61%.
Harga konversi ini ditetapkan berdasarkan 90% dari rata-rata harga penutupan saham selama 25 hari bursa berturut-turut di pasar reguler sejak tanggal 13 Oktober 2020 atau pada tanggal penutupan bursa 1 hari sebelum tanggal 13 Oktober 2020 yang mana yang lebih rendah yakni sebesar Rp 206.
![]() Struktur pemegang saham GIAA setelah OWK |
"Perseroan bermaksud untuk menerbitkan OWK melalui PMTHMETD dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi keuangan," tulis prospektus yang disampaikan perusahaan yang dirilis, 15 Oktober lalu.
Perusahaan mengharapkan dengan diterbitkannya OWK ini maka kondisi keuangan perusahaan menjadi lebih baik untuk melanjutkan keberlangsungan perusahaan. Hal ini juga mempertimbangkan peranan perusahaan terhadap konektivitas arus barang dan penumpang di dalam negeri dan mancanegara.
Dengan masuknya dana hasil aksi korporasi ini maka akan terjadi peningkatan nilai aset melalui peningkatan nilai kas setara kas Perseroan dari dana hasil Transaksi, sehingga dapat meningkatkan rasio lancar dan modal kerja bersih perusahaan.
Selain itu juga akan terjadi perbaikan arus kas yang nantinya dana Rp 8,5 triliun ini akan digunakan untuk pembiayaan operasional. Kondisi keuangan yang lebih baik akan membantu keberlangsungan usaha Perseroan di masa yang akan datang dengan pondasi keuangan yang lebih baik.
Sampai dengan informasi ini dirilis, perusahaan masih dalam proses pembahasan dengan institusi-institusi terkait entitas calon pemodal yang akan menjadi pemegang OWK dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam transaksi.
"Pemegang OWK direncanakan merupakan Pemerintah Republik Indonesia, dalam hal ini Kementerian Keuangan, yang akan diwakili oleh afiliasi dari Perseroan melalui kepemilikan saham oleh Pemerintah Republik Indonesia," tulis manajemen GIAA.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan penerbitan OWK ini dalam rangka pelaksanaan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
"Terkait dengan rencana pelaksanaan RUPSLB yang telah kami umumkan hari ini, dapat kami sampaikan bahwa RUPSLB tersebut dilakukan untuk mengajukan persetujuan kepada pemegang saham terkait pelaksanaan program Pemulihan Ekonomi Nasional untuk Garuda Indonesia," kata Irfan, Rabu (14/10/2020).
Soal pergantian direksi, sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir juga merombak direksi dan komisaris Garuda pada RUPSLB 22 Januari 2020. Erick menunjuk Irfan Setiaputra menjadi Direktur Utama Garuda menggantikan Direktur Utama sebelumnya Ari Askhara yang terjerat kasus skandal motor Harley Davidson dan sepeda Brompton.
Erick juga menunjuk Triawan Munaf dan Yenny Wahid sebagai komisaris baru Garuda. Triawan sebagai Komisaris Utama dan Yenny Wahid sebagai Komisaris Independen.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham GIAA Anjlok ke Harga Segini, Setelah 4 Hari Nanjak
