
Pak Erick, Laba Kimia Farma Q3 Merosot 11% Jadi Rp 37 M

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten farmasi BUMN, PT Kimia Farma Tbk (KAEF), mencatatkan laba bersih pada 9 bulan tahun ini atau per September 2020 mencapai Rp 37,20 miliar, turun 11,07% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu laba Rp 41,83 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan per kuartal III-2020 yang disampaikan, Jumat (30/10/2020), koreksi laba bersih itu terjadi saat pendapatan perusahaan justru naik 2,47% menjadi Rp 7,05 triliun dari sebelumnya Rp 6,88 triliun.
Koreksi laba bersih ini seiring dengan beban keuangan yang membengkak menjadi Rp 447,76 miliar, dari sebelumnya Rp 357,10 miliar.
Selain itu tekanan juga berasal dari selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan yang mencapai Rp 38,72 miliar, dari sebelumnya surplus Rp 677,22 juta.
Penjualan secara rinci dikontribusikan paling besar dari penjualan lokal kepada pihak ketiga yang mencapai Rp 5,92 triliun, naik dari Rp 5,69 triliun.
Sementara itu, ekspor paling besar yakni garam kina Rp 158,50 miliar, melesat dari sebelumnya Rp 128,05 miliar, sisanya ekspor yodium dan derivat dan ekspor obat dan kesehatan masing-masing Rp 9 miliar dan Rp 6,11 miliar.
Terkait dengan perkembangan vaksin yang dilakukan, anak usaha PT Bio Farma (Persero) ini sudah memiliki kerja sama dengan G42/Sinopharm untuk memperoleh vaksin dari Uni Emirat Arab pada November mendatang.
GM Pengembangan Bisnis Kimia Farma, Wisnu Sucahyo, mengatakan telah mempersiapkan fasilitas-fasilitas pendukung untuk distribusi vaksin di dalam negeri.
Saat ini perusahaan memiliki 129 chiller yang tersebar di seluruh jalur distribusinya di Indonesia, yang memiliki sertifikasi dari lembaga terkait.
Dia mengungkapkan, vaksin dari G42/Sinopharm ini tak lagi perlu menjalani uji klinis di dalam negeri, artinya sesampainya di Indonesia vaksin ini tinggal didistribusikan saja kepada penerima yang telah ditetapkan pemerintah sebagai prioritas.
Sebab vaksin ini di tahap awal memang ditargetkan untuk tenaga kesehatan.
"Uji trial tak perlu lagi karena vaksin yang akan diproses Kimia Farma merupakan vaksin jenis produk jadi, sudah jadi."
"Jadi di mana kami impor produk vaksin itu sudah uji klinis saat ini di fase 3 di UEA dengan peserta dari 87 ras dan 45 ribu orang di UEA, jadi ketika impor tak perlu uji klinis," jelasnya di Jakarta.
Sebelumnya Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan Kimia Farma telah mampu melakukan produksi favipiravir dengan merek jual Avigan di dalam negeri. Obat ini merupakan salah satu obat yang dijadikan sebagai terapi penyembuhan untuk pasien Covid-19.
Favipiravir adalah sejenis obat antivirus yang digunakan untuk mengatasi beberapa jenis virus tertentu seperti influenza.
"Kimia Farma sudah bisa produksi Avigan, yang selama ini impor. Masuk kategori favipiravir, [kini Kimia Farma] sudah bisa buat sendiri," kata Erick yang juga Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) dalam acara webinar, Selasa (15/9/2020).
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Setahun Kas Kimia Farma Naik 300% Jadi Rp2,15 T, Kok Bisa?