
Tak Peduli Indonesia Resesi, Harga SBN Berbalik Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada Kamis (5/11/2020) mayoritas ditutup menguat di tengah peluang kemenangan kandidat penantang Joe Biden dalam pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS).
Mayoritas SBN hari ini ramai dikoleksi oleh investor, kecuali SBN tenor 15 tahun yang cenderung dilepas oleh investor. Dilihat dari imbal hasilnya (yield), hampir semua SBN mengalami penurunan yield, namun tidak untuk yield SBN berjatuh tempo 15 tahun yang naik 0,2 basis poin ke level 7,177%.
Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara turun 2 basis poin ke level 6,609% pada hari ini. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang naik. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Pada hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020, yang dapat dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB). BPS melaporkan PDB Indonesia pada kuartal III-2020 mengalami kontraksi atau tumbuh negatif 3,49% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).
Ini menjadi kontraksi kedua setelah kuartal sebelumnya, di mana output ekonomi tumbuh negatif 5,32% YoY. Oleh karena itu, Indonesia secara resmi masuk jurang resesi untuk kali pertama sejak 1999.
Realisasi ini lebih dalam dibandingkan estimasi pasar. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi tumbuh -3,13% YoY sementara konsensus Reuters berada di -3% YoY.
"Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dalam triwulan-triwulan mendatang. Perekonomian beberapa negara mitra dagang Indonesia pada triwulan III masih terkontraksi, tetapi tidak sedalam triwulan II," papar Suhariyanto, Kepala BPS.
Secara kuartalan (quarter-to-quarter/QtQ), BPS melaporkan PDB Indonesia mampu tumbuh positif 5,05% pada kuartal III-2020. Namun pertumbuhan ekonomi secara kumulatif Januari-September 2020 (cummulative-to-cummulative/CtC) adalah -2,03%.
Namun, pergerakan harga SBN yang menguat kembali bukan karena Indonesia resmi resesi, tetapi karena potensi menangnya Biden di pilpres AS kali ini. Hal itu karena pelaku pasar sudah mengetahui terlebih dahulu sebelum PDB dirilis hari ini, sehingga pelaku pasar sudah lebih menerima dari hasil laporan BPS tersebut.
Hasil sementara pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan keunggulan calon Partai Demokrat, Joseph 'Joe' Biden dari lawannya petahana Partai Republik, Donald Trump.
Berdasarkan data NBC News, hingga sore ini, Biden memperoleh 253 electoral vote, artinya masih butuh 17 electoral vote lagi untuk memenangi pilpres. Sementara itu Trump sampai saat ini memenangi 214 electoral vote. Untuk memenangi pilpres diperlukan 270 electoral vote.
Jika Biden benar-benar menang, maka akan berdampak positif bagi negara-negara emerging market, sebab perang dagang AS-dengan China kemungkinan akan berakhir. Selain itu Biden juga berencana menaikkan pajak korporasi serta stimulus fiskal yang lebih besar, sehingga ada potensi capital inflow ke negara emerging market seperti Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BI Tahan Suku Bunga, Harga SBN Kompak Menguat