Jika Biden Menang, Emas Bakal Terbang! Apa Anda Berani Beli?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 November 2020 16:45
Election 2020 Biden
Foto: AP/Andrew Harnik

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia bergerak dengan volatilitas tinggi, artinya naik turun signifikan dalam waktu singkat Rabu kemarin. Pergerakan tersebut terjadi merespon hasil sementara pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS).

Melansir data Refinitiv, harga emas sempat menguat 0,4% kemudian berbalik merosot 1,34% ke US$ 1.882,79/troy ons. Tetapi di akhir perdagangan emas dunia hanya melemah 0,33% di US$ 1.901,99/troy ons.

Sementara pada perdagangan hari ini, Kamis (5/11/2020), emas kembali menguat 0,63% ke US$ 1.915,27/troy ons di pasar spot.

Dilihat dari pergerakan emas sejak kemarin, pasar sepertinya merespon positif jika calon presiden dari Partai Demokrat, Joseph 'Joe' Biden yang memenangi pilpres ketimbang petahana dari Partai Republik, Donald Trump.

Di awal perhitungan suara Rabu pagi kemarin, electoral vote Biden unggul jauh ketimbang Trump. Harga emas pun menguat.

Tetapi pada tengah hari, electoral vote Trump mulai menyusul, Presiden AS ke-45 ini juga masih unggul di beberapa negara bagian yang menjadi battleground, meski perhitungan suaranya belum selesai. Harga emas langsung berbalik merosot lebih dari 1%.

Sementara pada hari ini emas kembali menguat setelah Biden semakin dengan dengan kursi orang nomer 1 di Negeri Adi Kuasa.

Berdasarkan data dari NBC News, hingga sore ini, Biden memperoleh 253 electoral vote, artinya masih butuh 17 electoral vote lagi untuk memenangi pilpres. Sementara itu Trump sampai saat ini memenangi 214 electoral vote. Untuk memenangi pilpres diperlukan 270 electoral vote.

Data dari NBC News juga menunjukkan Biden untuk sementara unggul di Arizona yang memiliki 11 electoral vote, serta di Nevada dengan 6 electoral vote. Artinya jika kedua negara bagian tersebut berhasil dimenangi, maka Biden akan sukses melengserkan Trump.

Sementara itu, Dari perhitungan cepat Fox News, Biden tinggal selangkah lagi mendapatkan 270 electoral vote. Dari website media tersebut, Biden yang berpasangan dengan Kamala Harris memperoleh 264 suara sementara Trump yang berpasangan dengan Mike pence mendapatkan 214 suara.

Biden dan Partai Demokrat memang dinilai lebih menguntungkan bagi emas, sebab stimulus fiskal yang digelontorkan akan lebih besar ketimbang Trump dan Partai Demokrat. Stimulus fiskal merupakan salah satu bahan bakar emas untuk terus menanjak.

Nancy Pelosi, Ketua House of Representative (DPR) dari Partai Demokrat sebelumnya mengajukan stimulus fiskal dengan nilai US$ 2,2 triliun, yang tidak disepakati oleh Pemerintahan Trump, dan ditolak oleh Partai Republik.

Semakin besar stimulus artinya semakin banyak uang yang beredar di perekonomian, secara teori dolar AS akan melemah. Selain itu, inflasi juga berpotensi meningkat.

Emas akan diuntungkan dari dua sisi.Pertama, saat dolar AS melemah harga emas akan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga permintaan berpotensi meningkat, harganya pun naik.

Kedua, secara tradisional emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, sehingga ketika inflasi naik emas akan diburu investor.

Biden memang sedang unggul, tetapi pelaku pasar mengkhawatirkan kemungkinan hasil pilpres yang berujung pada gugatan, karena bakal membuat pengambilan kebijakan penting dalam perekonomian menjadi tertunda, seperti misalnya stimulus fiskal.

Artinya, bahan bakar emas untuk menanjak masih belum akan cair dalam waktu dekat.

Tim kampanye Donald Trump menyatakan akan mengajukan gugatan untuk perhitungan suara di Michigan dan Pennsylvania, dua wilayah yang menjadi battleground, dan dapat menentukan kemenangan salah satu kandidat.

Selain itu, pemilihan kali ini tidak hanya memilih presiden tetapi juga anggota house of representative (DPR) dan Senat. Sehingga untuk mempermudah pengambilan kebijakan, misalnya terkait stimulus fiskal, Partai Demokrat harus menang mutlak, baik eksekutif dan legislatif berhasil dikuasai, atau istilah populernya "blue wave".

DPR AS diprediksi masih akan dikuasai oleh Partai Demokrat, tetapi Senat yang saat ini dikontrol Partai Republik masih menjadi tanda Tanya.

Seandainya Senat masih dikuasai Partai Republik, pembahasan berapa besarnya stimulus bisa jadi akan kembali mengalami tarik-ulur.

Meski demikian hal itu dikatakan tidak akan mengubah outlook emas untuk jangka panjang.

"Blue wave akan memberikan kepastian harga emas akan naik, tapi apa yang kita lihat saat ini sudah pasti tidak merubah outlook emas untuk jangka panjang," George Milling-Stanley, kepala ahli strategi emas di State Street Global Advisors, sebagaimana dilansir Kitco, Rabu (4/11/2020).

Milling-Stanley menambahkan, pada akhirnya stimulus fiskal akan digelontorkan karena memang diperlukan perekonomian AS untuk bisa bangkit dari keterpurukan. Jika harga emas tidak mencapai mencapai US$ 2.000/troy ons di akhir tahun ini, maka akan dicapai dalam tempo 12 bulan ke depan.

Sementara itu Mike McGlone ahli strategi komoditas senior di Bloomberg Intelligence. Ia mengatakan emas saat ini sedang memulai tren penguatan 20 tahun lalu, atau yang disebut supercycle.

"Saya melihat emas saat ini memiliki kesamaan dengan tahun 2001 ketika memulai tren kenaikan. Emas saat ini memulai lagi tren bullish yang dimulai 20 tahun lalu," kata McGlone sebagaimana dilansir Kitco.

McGlone mengatakan selama periode pemerintahan Trump emas sudah melesat 50%, dan siapa pun yang memerintah di AS selanjutnya ia melihat emas akan kembali mencetak kenaikan 50%.

Sama seperti kebanyakan analis lainnya, McGlone juga menilai emas akan lebih diuntungkan Joe Biden dan Partai Demokrat memenangi pemilihan umum kali ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Citigroup: Emas Akan Cetak Rekor Lagi Sebelum Akhir 2020

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular