RI Sah Resesi! Rupiah Ngeri, 3 Dolar Dibuat "Berdarah-darah"

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sedang perkasa pada perdagangan Kamis (5/11/2020), tiga dolar dibuat merosot tajam, meski Republik Indonesia (RI) resmi mengalami resesi.
Melansir data Refinitiv, pada pukul 11:13 WIB rupiah menguat 1% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.395/US$. Kemudian melawan dolar Singapura menguat 1,02% ke Rp 10.598,59/SG$, dan berhadapan dengan dolar Australia juga menguat 1% ke Rp 10.325,53/AU$.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal III-2020 mengalami kontraksi atau tumbuh negatif 3,49% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).
Ini menjadi kontraksi kedua setelah kuartal sebelumnya output ekonomi tumbuh negatif 5,32% YoY. Indonesia sah masuk jurang resesi untuk kali pertama sejak 1999.
Realisasi ini lebih dalam dibandingkan estimasi pasar. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi tumbuh -3,13% YoY sementara konsensus Reuters berada di -3% YoY.
"Perekonomian di berbagai negara pada triwulan III lebih baik dibandingkan dengan triwulan II. Namun masih ada kendala karena tingginya kasus Covid-19. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dalam triwulan-triwulan mendatang. Perekonomian beberapa negara mitra dagang Indonesia pada triwulan III masih terkontraksi, tetapi tidak sedalam triwulan II," papar Suhariyanto, Kepala BPS.
Secara kuartalan (quarter-to-quarter/QtQ), BPS melaporkan PDB Indonesia mampu tumbuh positif 5,05% pada kuartal III-2020. Namun pertumbuhan ekonomi secara kumulatif Januari-September 2020 (cummulative-to-cummulative/CtC) adalah -2,03%.
Meski sudah resmi mengalami resesi, rupiah masih tetap perkasa. Pelaku pasar sudah menakar resesi yang terjadi, dan lebih melihat potensi pemulihan ekonomi di kuartal IV-2020.
Rupiah hari ini mendapat tenaga dari sentimen pelaku pasar yang sedang bagus, tercermin bursa saham AS (Wall Street) dalam 3 hari beruntun hingga Rabu waktu setempat, padahal hasil pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) masih belum jelas siapa pemenangnya.
Berdasarkan data dari NBC News, hingga pagi ini, Biden memperoleh 253 electoral vote, artinya masih butuh 17 electoral vote lagi untuk memenangi pilpres. Sementara itu Trump sampai saat ini memenangi 214 electoral vote. Untuk memenangi pilpres diperlukan 270 electoral vote.
Hasil riset JP Morgan yang dirilis pada 29 Oktober lalu juga menunjukkan pasar saham maupun mata uang negara-negara emerging market akan diuntungkan jika Biden menjadi orang nomor 1 di Negeri Paman Sam. Sebab kebijakan perdagangan yang diambil dikatakan kurang impulsif.
Artinya jika Joe Biden menang, perang dagang AS-dengan China kemungkinan akan berakhir.
Selain itu Biden juga berencana menaikkan pajak korporasi serta stimulus fiskal yang lebih besar, sehingga ada potensi capital inflow ke negara emerging market seperti Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
