
Ya Ampun! Ramayana, HERO & Matahari Kompak Rugi di Q3

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak tiga peritel besar dalam negeri, PT Hero Supermarket Tbk (HERO), PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), dan PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) mencatatkan kinerja buruk pada 9 bulan pertama tahun ini atau per September 2020.
Penjualan menurun selama periode Januari-September di tengah implementasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan pemerintah daerah demi melawan pandemi Covid-19.
Berdasarkan laporan keuangan publikasi kuartal III-2020, HERO mempertebal kerugiannya menjadi senilai Rp 339,46 miliar pada akhir periode tersebut. Meningkatkan berkali-kali lipat dari posisi akhir September 2019 lalu yang senilai Rp 6,68 miliar.
Kerugian ini disebabkan karena turunnya pendapatan 27,65% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi senilai Rp Rp 6,86 triliun dari pendapatan di akhir periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 9,48 triliun.
Beban pokok pendapatan turun menjadi Rp 5,07 triliun dari Rp 6,81 triliun dengan beban usaha yang turun tipis menjadi Rp 2,29 triliun dari sebelumnya Rp 2,87 triliun.
Beban keuangan perusahaan membengkak menjadi Rp 80,56 miliar, dari posisi di akhir kuartal III-2019 yang senilai Rp 913 juta.
Manajemen perusahaan menyebutkan sepanjang masa pandemi Covid-19 ini perusahaan mengalami tantangan yang signifikan lantaran diterapkannya PSBB dan terjadinya perubahan pola belanja pelanggan.
"Bisnis groseri dan kesehatan dan kecantikan kami secara signifikan terkena dampak negatif pandemi pada kuartal ketiga," tulis manajemen perusahaan, dikutip Jumat (30/10/2020).
"PSBB menyebabkan perubahan dalam perilaku belanja pelanggan dan pola permintaan produk serta juga berdampak pada penurunan kunjungan ke toko-toko Perseroan yang berada di dalam mal," tulis manajemen HERO.
Selanjutnya bisnis perabot rumah tangga IKEA sedikit mengalami peningkatan mulai kuartal III dibanding dengan dua periode sebelumnya.
Kenaikan ini ditunjang dengan kinerja e-commerce dan kontribusi toko baru di Sentul.
Seluruh toko ritel milik perusahaan seperti Hero, Guardian dan IKEA terdampak karena adanya pengurangan jam operasional, penutupan beberapa mal, pembatasan perdagangan yang ketat pada bisnis pelengkap dan pembatasan kapasitas kunjungan pelanggan.
Perubahan pola belanja pelanggan yang kini hanya berfokus pada belanja kebutuhan pokok serta adanya kenaikan harga barang juga menjadi penyebab penurunan kinerja.
"Perseroan memprediksi kinerja untuk sisa tahun ini akan terus terdampak secara signifikan oleh pandemi. Namun, Perseroan tetap yakin dengan rencana strategisnya untuk bisnis di masa depan," kata manajemen.
Ramayana
Tak jauh berbeda, kinerja keuangan RALS pada akhir periode September 2020 ini malah dinodai dengan tinta merah lantaran perusahaan terpaksa membukukan kerugian senilai Rp 95,21 miliar.
Padahal pada akhir September 2019 lalu perusahaan masih mengantongi keuntungan senilai Rp 612,42 miliar.
Penyebab utama kerugian ini adalah turunnya pendapatan yang signifikan menjadi senilai Rp 1,90 triliun di akhir III-2020, dibanding dengan pendapatan perusahaan pada akhir kuartal ketiga tahun lalu yang sebesar Rp 4,42 triliun.
Penurunan terjadi pada kedua sumber pendapatan perusahaan.
Penjualan barang beli putus menjadi sebesar Rp 1,56 triliun dari sebelumnya Rp 3,61 triliun. Komisi penjualan konsinyasi juga ikut turun menjadi Rp 334,90 miliar dari sebelumnya Rp 808,22 miliar.
Beban pokok penjualan hingga beban penjualan mengalami penurunan karena turunnya penjualan perusahaan. Beban penjualan turun menjadi Rp 1,09 triliun dari sebelumnya Rp 2,42 triliun, beban penjualan turun menjadi Rp 188,35 miliar dari sebelumnya Rp 290,25 miliar.
Sayangnya, perusahaan mencatatkan beban keuangan yang tinggi sebesar Rp 2,48 miliar dari sebelumnya nilai ini tak ada di periode sebelumnya.
"Terjadi penurunan kas dan setara kas, serta deposito berjangka yang dipakai untuk membayar dividen kas dan utang usaha pihak ketiga yang mengakibatkan sisi utang usaha berkurang dibandingkan periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2019," tulis manajemen RALS.
Nilai kas dan setara kas perusahaan turun menjadi Rp 1,87 triliun dari posisi akhir Desember tahun lalu yang senilai Rp 2,20 triliun.
Sedangkan nilai deposito berjangka turun menjadi sebesar Rp 311,92 miliar dari sebelumnya akhir tahun lalu yang senilai Rp 714,60 miliar.
Namun demikian, terjadi penurunan signifikan pada posisi liabilitas jangka pendek perusahaan menjadi senilai Rp 592,47 miliar dari posisi akhir 2019 yang sebesar Rp 1,13 triliun.
