
Sambut Libur Panjang Besok, Harga SBN Ditutup Melemah

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada Selasa (26/10/2020) mayoritas ditutup melemah, di tengah pelemahan bursa saham global maupun domestik akibat sentimen negatif yang datang pada hari ini.
Mayoritas SBN hari ini cenderung dilepas oleh investor, kecuali SBN tenor 5 dan 10 tahun yang ramai dikoleksi investor.
Dilihat dari imbal hasilnya (yield), hampir semua SBN mengalami kenaikan yield, namun tidak untuk yield SBN tenor 5 tahun yang turun 2,4 basis poin ke level 5,493% dan yield SBN acuan obligasi negara berjatuh tempo 10 tahun yang turun 0,2 basis poin ke 6,609%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang turun. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Pergerakan harga SBN yang berbalik melemah dikarenakan investor cenderung melakukan aksi profit taking akibat pasar modal Indonesia hanya dibuka 2 hari jelang libur panjang memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Selain itu, pergerakan harga SBN juga sejalan dengan pergerakan bursa saham global maupun domestik yang melemah akibat sentimen negatif yang datang, yakni lonjakan kasus virus corona (Covid-19) di Amerika Serikat dan Eropa.
Kasus Covid-19 di AS kembali melonjak pada Minggu (25/10/2020) lalu. Berdasarkan data kompilasi dari Universitas Johns Hopkins menunjukkan pertambahan kasus infeksi akibat virus Corona harian di AS telah meningkat menjadi rata-rata 68.767 kasus selama tujuh hari terakhir.
Ini adalah sebuah rekor. Pada hari Minggu saja, lebih dari 60.000 kasus dilaporkan. Negeri Paman Sam melaporkan lebih dari 83.000 infeksi baru pada hari Jumat dan Sabtu setelah wabah di negara bagian Sun Belt, melampaui rekor sebelumnya sekitar 77.300 kasus.
Di kawasan Eropa, Rusia dan Perancis mencatatkan kenakan kasus Covid-19 dalam beberapa hari terakhir, sedangkan Inggris memperpanjang kategori terberat pengawasan Covid-19. Sementara itu, Kanselir Jerman Angela Merkel mengingatkan bahwa Jerman kian kesulitan mengendalikan virus.
Hal ini mendorong pelaku pasar merealisasikan keuntungannya, terutama jelang libur panjang di Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BI Tahan Suku Bunga, Harga SBN Kompak Menguat