
Mau libur Panjang, Investor Borong Sukuk Negara Rp 12 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah kembali melakukan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada hari ini (27/10/2020), dengan perolehan Rp 12,35 triliun. Nilai perolehan tersebut lebih besar dari target indikatif yang ditetapkan, yakni sebesar Rp 10 triliun.
Surat berharga yang dilelang kali ini meliputi seri SPNS14042021 (reopening), PBS027 (reopening), PBS026 (reopening),PBS025 (reopening) dan PBS028 (reopening) melalui sistem lelang Bank Indonesia.
![]() Lelang SBSN |
Dalam proses lelang tersebut, pemerintah mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscription), nyaris 2 kali lipat dengan total penawaran yang masuk sebesar Rp 20,9 triliun.
Penawaran yang terbesar dibukukan seri PBS028 senilai Rp 8,13 triliun, dengan bid to cover ratio sebesar 1,7 kali. Pemerintah akhirnya memenangkan senilai Rp 4,75 triliun.
Sebaliknya penawaran yang terkecil terjadi pada seri PBS027 senilai Rp 1,15 triliun denganbid to cover ratio1,4 kali. Nilai yang dimenangkan sebesar Rp 800 miliar.
Sedangkan dari kupon yang terbesar ada pada seri PBS028. Adapun kupon yang terkecil ada pada seri SPNS14042021 senilai Rp 3,18 triliun dengan bid to cover ratio 2,1 kali dan pemerintah memenangkan Rp 1,55 triliun.
Pada lelang SBSN sebelumnya, penawaran yang masuk sebesar Rp 25,85 triliun, artinya jumlah penawaran yang masuk mengalami penurunan. Padahal, pada lelang sebelumnya, jumlah penawaran yang masuk mengalami kenaikan, yakni 30%.
Investor yang tertarik di SBSN tidak sebaik dengan investor yang berinvestasi di SUN, pasalnya pada lelang SUN terakhir, penawaran yang masuk mengalami peningkatan, dari lelang sebelumnya sebesar Rp 49,47 triliun naik 67% menjadi Rp 83,02 triliun.
![]() Lelang SBSN |
Penurunan minat investor di SBSN kembali terjadi ditengah tren kenaikan harga SBN acuan tenor 10 tahun yang sudah berlangsung selama hampir sebulan terakhir.
Naiknya harga SBN acuan 10 tahun sudah terjadi sejak awal Oktober lalu, ditandai dengan tren pelemahan yield yang juga menurun sejak awal Oktober.
Pergerakan yield SBN berbanding terbalik dengan harga SBN itu sendiri. Jika yield SBN mengalami penurunan, maka harga SBN mengalami kenaikan, berlaku sebaliknya.
Penurunan minat investor pada lelang SBSN kali ini menandakan bahwa yield SBSN masih belum menarik seperti yield di SUN. Jumlah obligasi yang ditawarkan terbilang sedikit dibanding dengan jumlah yang ditawarkan di SUN juga membuat investor kurang tertarik berinvestasi di SBSN.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lelang SBSN Cuma Dapat Rp 6,4 T, Besok Ada Lelang Tambahan
