
Korsel Resesi, Kurs Won Malah Ngamuk! Rupiah Gimana?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar won Korea Selatan menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (27/10/2020), padahal Korea Selatan (Korsel) resmi mengalami resesi di kuartal III-2020.
Pada pukul 10:54 WIB, won menguat 0,49% ke 1.126,84/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Won saat ini bahkan berada di level terkuat sejak Maret 2019 lalu. Sepanjang kuartal III-2020, saat ekonomi Korsel mengalami kontraksi hingga akhirnya resesi, won justru menguat lebih dari 4%, dan terakselerasi lagi di bulan ini.
Secara year-to-date, won kini sudah menguat 2,31%, menjadi satu dari sedikit mata uang yang mampu mencatat kinerja positif melawan dolar AS di tahun ini. Padahal di bulan Maret lalu mata uang Negeri K-Pop ini sempat ambrol lebih dari 12%.
Bank sentral Korea Selatan (Bank of Korea/BoK) hari ini melaporkan produk domestik bruto (PDB) kuartal III-2020 berkontraksi (tumbuh negatif) 1,3% year-on-year (YoY) setelah mengalami kontraksi 2,7% (YoY) pada periode 3 bulan sebelumnya. Itu artinya, Korea Selatan mengalami sah mengalami resesi.
Secara umum, suatu negara dikatakan mengalami resesi ketika PDB mengalami kontraksi 2 kuartal beruntun secara tahunan (YoY). Sementara jika kontraksi terjadi secara kuartalan (quarter-on-quarter/QoQ), maka dikatakan mengalami resesi teknikal.
Nah, negara dengan nilai ekonomi terbesar ke-4 di Asia ini justru sudah lepas dari resesi teknikal.
BoK melaporkan PDB tumbuh 1,9% QoQ. Pertumbuhan tersebut lebih baik dari proyeksi Reuters sebesar 1,7%. Sementara di kuartal II-2020 lalu terkontraksi 3,2% QoQ terdalam sejak 2008, dan di 3 bulan pertama tahun ini minus 1,3% QoQ.
Korea Selatan menjadi salah satu negara yang sukses meredam penyebaran penyakit virus corona (Covid-19). Meski sempat mengalami lonjakan pada bulan Agustus lalu, tetapi sekali lagi berhasil diredam.
Melansir data Worldometer, per 26 Oktober jumlah kasus aktif Covid-19 di Korsel hanya 1.593 kasus.
Keberhasilan meredam penyebaran virus corona juga diikuti dengan kemampuan memulihkan perekonomian dengan cepat melalui stimulus moneter dan fiskal. BoK memangkas suku bunga acuannya hingga 0,5%, sementara Pemerintah Seoul menggelontorkan stimulus fiskal senilai US$ 274,83 miliar.
Alex Holmes, ekonom di Capital Economics, memprediksi perekonomian Korsel sepanjang tahun ini akan mengalami kontraksi 1%, tetapi akan menjadi salah satu yang terbaik dunia di tahun ini.
"Meski ini (kontraksi ekonomi 1%) menjadi yang terburuk sejak 1998, tetapi itu tetap membuat Korea Selatan menjadi salah satu negara dengan perekonomian terbaik di dunia tahun ini," kata Holmes, sebagaimana dilansir ABS CBN News, Selasa (27/10/2020).
Sementara itu Indonesia baru akan melaporkan data PDB kuartal III-2020 pekan depan. Resesi sudah pasti terjadi dan menjadi yang pertama kalinya dalam 22 tahun terakhir, tetapi seberapa besar kontraksi ekonomi yang masih menjadi misteri.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan ekonomi kuartal III-2020 akan berada di kisaran minus 1% hingga 2,9%.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2020 akan dirilis pada 5 November mendatang, setelah mengalami kontraksi 5,32% di kuartal II-2020.
Jadi, apakah rupiah mampu seperti won yang menguat meski Korea Selatan mengalami resesi?
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Korea Selatan Resesi, Apa Kabar Mata Uangnya?