
Duh! Emiten Prajogo Pangestu Rugi Rp 288 Miliar di Q3-2020

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten petrokimia milik taipan Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), mencatatkan kerugian bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 19,73 juta atau setara Rp 288,64 miliar dengan asumsi kurs Rupiah Rp 14.630 per US$ pada kuartal ketiga tahun ini.
Capaian ini berkebalikan dari periode yang sama pada tahun sebelumnya dengan laba US$ 31,45 juta atau sekitar Rp 460,113 miliar.
Penurunan laba bersih ini terlihat dari penurunan pendapatan bersih perseroan sebesar US$ 120 juta atau turun 8,6% menjadi US$ 1,26 miliar dari US$ 1,38 miliar di kuartal ketiga tahun 2019.
"Pendapatan bersih menurun 8,6% sebagai akibat dari harga penjualan rata - rata produk yang lebih rendah terutama untuk olefins dan polyolefins," kata Direktur TPIA, Suryandi, dalam keterangan pers, Selasa (27/10/2020).
Penurunan tersebut menyebabkan harga penjualan rata-rata produk petrokomia menjadi lebih rendah 21,69% menjadi US$ 780 per ton dari tahun sebelumnya US$ 996 per ton. Sedangkan, harga pasar global ethylene dan polyethylene turun tajam masing-masing 22,59% dan 24,36% menjadi US$682 per ton dan US$860 per ton.
Dari sisi beban pokok pendapatan cenderung sama dengan tahun sebelumnya yakni di kisaran US$ 1,22 miliar yang disebabkan oleh harga naphtha yang lebih rendah sebesar US$ 543 per metrik ton di kuartal III-2019 dibanding rerata harga di kuartal III-2020 sebesar US$ 414 per metrik ton. Namun, harga minyak mentah Brent secara tahunan turin 37% yang menyebabkan laba kotor selama periode sembilan bulan pertama tahun ini turun 71,8% menjadi US$ 47,1 juta.
Lebih lanjut, Suryaddi melanjutkan, kinerja paruh kedua tahun ini diyakini akan membaik seiring dengan mulai adanya pemulihan permintaan dari China.
Dari posisi neraca, perseroan meyakini masih solid dengan likuiditas sebesar US$797 juta per 30 September 2020 termasuk kas dan setara kas sebesar US$516 juta.
Chandra Asri juga melakukan percepatan pelunasani secured term loan sebesar US$125 juta yang semestinya jatuh tempo pada tahun 2023, membeli kembali obligasi sebesar US$20 juta di pasar terbuka, dan menerbitkan obligasi Rupiah dalam negeri sebesar US$68 juta, hal itu untuk mengelola struktur modal perseroan sekaligus mengurangi biaya pendanaan.
Namun di sisi lain, perseroan juga memangkas anggaran belanja modal sebagai strategi efisiensi. Hal ini terlihat dari penurunan capex sebesar 62,3% sepanjang periode triwulan ketiga tahun ini menjadi US$ 102,9 juta dari realisasi belanja modal periode sama di tahun lalu US$ 272,8 juta.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Chandra Asri Dapat Fasilitas Pembiayaan Ekspor Rp 840 M