
Revenue Turun, Laba Sari Roti Q3 Ambles 40% Jadi Rp 127 M

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten produsen roti milik Grup Salim dan Keluarga Wendy Sui Cheng Yap, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) mencatatkan laba bersih turun 39,92% menjadi Rp 127,19 miliar pada periode 9 bulan pertama tahun ini atau per September 2020, dari periode yang sama tahun lalu Rp 211,71 miliar.
Berdasarkan data laporan keuangan September atau kuartal III-2020, penurunan laba bersih ini terjadi seiring dengan pendapatan perusahaan Sari Roti ini yang juga turun di tengah pandemi Covid-19.
Pendapatan ROTI pada periode hingga kuartal III-2020 itu mencapai Rp 2,44 triliun, turun 0,81% dari sebelumnya Rp 2,46 triliun. Beban penjualan turun tipis menjadi Rp 1,08 triliun dari sebelumnya Rp 1,09 triliun.
Selain penurunan pendapatan, penurunan laba perusahaan juga terpengaruh dengan adanya biaya keuangan yang membengkak menjadi Rp 60,48 miliar, dan kerugian dari pelepasan entitas anak setelah reklasifikasi saldo akumulasi selisih kurs atas penjabaran laporan keuangan sebesar Rp 34,72 miliar dari sebelumnya untung Rp 2,90 miliar.
Arlina Sofia, Direktur ROTI, mengatakan perseroan mencatatkan kinerja kuartal III-2020 yang baik walau di tengah pandemi virus Covid-19.
Sebagai refleksi atas operasional yang kuat, EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi) dari wilayah Indonesia pada kuartal III 2020 mencapai Rp 96,7 miliar meningkat signifikan 20,9% QoQ (quarter to quarter).
Sedangkan penjualan dari wilayah Indonesia pada kuartal III 2020 dapat mencapai Rp 749,8miliar, masih tumbuh 1,9% dibandingkan kuartal sebelumnya.
"Dengan senantiasa melakukan analisa komprehensif terhadap daya beli, pola konsumsi, pola belanja dan pola aktivitas masyarakat Indonesia maka kami dapat menentukan strategi yang tepat dalam menghadapi tantangan usaha dan ketidakpastian Pandemi Covid-19," kata Arlina Sofia, dalam siaran persnya, dikutip Senin (26/10/2020).
Pencapaian pendapatan ini didukung oleh kinerja baik pada masing-masing kanal penjualan. Kanal tradisional (General Trade) membukukan penjualan Rp 701 miliar untuk 9 bulan tahun 2020, tumbuh 22% YoY.
Dia mengatakan pencapaian itu sebagai hasil penerapan strategi di masa pandemi Covid-19 untuk fokus pada pasar potensial area pemukiman dengan memperkenalkan moda pemesanan produk melalui WhatsApp dan Chatbot.
Sementara itu kanal modern (Modern Trade) pada 9 bulan tahun 2020 meraih penjualan Rp1.673 miliar dan tetap merupakan kontributor terbesar penjualan perseroan.
"Pada masa pandemi Covid-19, kanal modern dapat mempertahankan Penjualan khususnya periode Juli- September tahun 2020 sebesar Rp505 miliar yang relatif stabil dibandingkan periode April- Juni 2020 didukung inisiatif promo dan marketing yang efektif," paparnya.
Sedangkan untuk realisasi Belanja Modal (Capex) hingga 30 September 2020, perseroan telah membelanjakan Rp 361,6 miliar atau sekitar 90,4% serapan dari rencana tahun 2020.
Dana tersebut dianggarkan untuk pengembangan usaha, termasuk peningkatan kapasitas, penguatan jaringan distribusi, serta pembangunan pabrik baru di Banjarmasin dan Pekanbaru yang ditargetkan operasi komersial pada kuartal I tahun 2021.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saat Keluarga Salim Disalip Keluarga Yap di Bisnis ROTI
