
China Makin Gencar Antarkan Yuan "Kuasai Dunia"

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral China (People's Bank of China/PboC) kembali membuat terobosan agar mata uang yuan semakin banyak diminati dan digunakan dalam pembayaran internasional. Gubernur PBoC, Yi Gang, mengatakan China akan berusaha meningkatkan fleksibilitas mata uang yuan, dan mengurangi pembatasan penggunaan yuan di luar negeri.
Yi yang berbicara dalam konferensi Bund Summit di Shanghai Jumat (23/10/2020) menambahkan langkah tersebut dibutuhkan untuk mempromosikan terbukanya industri jasa finansial China.
"China akan meningkatkan fleksibilitas yuan, membiarkan nilai tukar berperan lebih besar sebagai penyeimbang dalam ekonomi makro serta neraca pembayaran international," kata Yi sebagaimana dilansir CNBC International.
"Guna mendorong internasionalisasi yuan, China akan meningkatkan infrastruktur penggunaan yuan antar negara," tambahnya.
Langkah tersebut menunjukkan China semakin gencar mempromosikan yuan sebagai mata uang internasional.
"Internasionalisasi yuan berubah dari sesuatu yang diinginkan menjadi hal yang sangat diperlukan bagi Beijing. China perlu mencari pengganti dolar di tengah ketidakpastian politik," kata Ding Shuang, kepala ekonom Standard Chartered untuk wilayah China dan Asia Utara, seperti diberitakan Bloomberg bulan Juli lalu.
Saat ini pergerakan nilai tukar yuan sangat dikontrol oleh bank sentral China, (People's Bank of China/PBoC).
Setiap harinya PBoC akan menetapkan nilai tukar yuan terhadap dolar AS, dan membiarkannya bergerak melemah atau menguat hingga maksimal 2% dari nilai tengah.
Kontrol PBoC terhadap nilai tukar tersebut menjadi kurang disukai dalam transaksi perdagangan. PBoC bisa sewaktu-waktu melemahkan atau menguatkan nilai tukar mata uang yang juga disebut renminbi ini. Tentunya akan kurang menguntungkan saat memegang yuan, kemudian PBoC mendepresiasi nilai tukarnya secara signifikan.
Contohnya pada bulan Agustus 2019 ketika PBoC mendepresiasi nilai tukar yuan terhadap dolar AS ke level terlemah dalam lebih dari satu dekade, gejolak timbul di pasar finansial. AS bahkan sampai menjuluki China manipulator mata uang.
Yuan merupakan satu dari lima mata uang yang termasuk dalam Special Drawing Rights (SDR) IMF, empat lainnya yakni dolar AS, euro, yen, dan poundsterling. Status tersebut baru didapatkan pada September 2016 dan menguatkan posisi yuan sebagai mata uang internasional.
Tetapi, meski sudah mendapat status "istimewa" tersebut, dibandingkan mata uang lainnya porsi yuan dalam cadangan devisa ternyata memang sangat kecil.
Berdasarkan data dari International Monetari Fund (IMF), porsi yuan di cadangan devisa global hanya 1,92% atau serata US$ 230,4 miliar di kuartal II-2020. Sangat jauh dibandingkan dolar AS yang "menguasai dunia", porsinya di cadangan devisa global mencapai 57,45% atau US$ 6.901,5 miliar.
Yuan hanya berada di urutan ke-5 mata uang cadangan devisa. Dengan rencana PBoC untuk membuat yuan lebih fleksibel, tentunya tujuannya agar yuan lebih disukai dan semakin banyak digunakan untuk transaksi internasional.
Dalam beberapa tahun ke depan yuan diprediksi masuk dalam tiga besar mata uang cadangan devisa. Porsi yuan di cadangan devisa global sebenarnya terus bertambah secara konsisten dalam berapa tahun terakhir. Pada kuartal IV-2016, porsi yuan di cadangan devisa global hanya 1,07%.
Penambahan porsi yuan tersebut diprediksi masih akan terus terjadi di tahun-tahun mendatang hingga mencapai 5-10% dari total cadangan devisa dunia.
"Pada akhirnya, apa yang kita pikirkan akan terjadi dalam 25 tahun ke depan adalah kita akan maju, kita akan memiliki dunia dengan tiga mata uang utama: dolar AS, euro, dan yuan" kata Massimiliano Castelli, head of strategy and advice, global sovereign markets, dari UBS Asset Management, sebagaimana dilansir Reuters.