Dolar AS Makin Berjaya, Mata Uang Asia Rontok

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 May 2021 13:45
Ilustrasi dollar (ist)
Foto: Ilustrasi (ist)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) kembali mendapat angin segar, mata uang utama Asia yang kemarin masih mampu bertahan dari gempuran kini banyak yang rontok.

Kemarin dolar AS didukung data inflasi yang tinggi, kini ada kabar baik lagi. Pemerintah AS memperbolehkan warganya untuk tidak menggunakan masker dengan syarat tertentu, hal tersebut menjadi indikasi Negeri Paman Sam hampir sukses meredam penyebaran Covid-19, dan perekonomiannya bisa berputar lebih kencang.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 12:34 WIB hanya ada 3 mata uang yang menguat, rupee India sebesar 0,13%, yuan China 0,12% dan peso Filipina menguat tipis 0,04%. Sementara mata uang lainnya melemah, dolar Singapura menjadi yang terburuk dengan pelemahan 0,3%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Dolar Singapura hari ini mengalami tekanan sebab penyebaran terbaru Covid-19 di Singapura dikatakan akan melewati masa kritis dalam beberapa pekan ke depan. Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Pendidikan Lawrence Wong.

Kemarin Singapura melaporkan 34 kasus baru Covid-19, 24 diantaranya masuk dalam kasus komunitas. Dari 24 tersebut, 19 orang terkiat dengan kluster bandara Changi.

Pasca meroketnya inflasi di Negeri Paman Sam, indeks dolar AS melesat 0,63% pada perdagangan Rabu, dan berlanjut tipis 0,04% kemarin, sementara hari ini masih stagnan di 90,753.

Kabar terbaru dari AS semakin menguatkan posisi the greenback. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control/CDC) menghapus persyaratan masker untuk orang-orang yang sudah menerima vaksinasi Covid-19 secara penuh atau berada pada jarak 1,8 meter atau 6 kaki.

Ketentuan ini berlaku baik di dalam maupun luar ruangan, seperti yang disampaikan oleh CDC dalam panduan kesehatan masyarakat yang diperbarui yang dirilis Kamis (13/5/2021).

Ini merupakan momen penting, setelah setahun lebih pemerintah AS mesyaratkan masyarakat menggunakan masker di depan umum.

Dalam panduan tersebut, ada beberapa contoh di mana orang masih perlu memakai masker, di tempat perawatan kesehatan atau di bisnis yang memerlukannya.

Kebijakan terbaru dari pemerintah AS tersebut memicu optimisme pelaku pasar akan semakin membaiknya perekonomian negeri Paman Sam. Bahkan banyak ekonom, termasuk bank sentral AS (The Fed) memperkirakan produk domestik bruto (PDB) di tahun ini akan menjadi yang terbaik sejak tahun 1984.

Jika perekonomian AS terus menunjukkan perbaikan, maka peluang The Fed untuk mengurangi nilai pembelian aset (quantitative easing/QE) atau yang dikenal dengan tapering di tahun ini tentunya akan semakin besar. Saat ini nilai QE The Fed sekitar US$ 120 miliar per bulan.

David Mericle ekonom di Goldman Sachs mengatakan ia melihat The Fed baru akan memberikan petunjuk pengurangan QE atau yang dikenal dengan istilah tapering pada semester II tahun ini.

Melansir CNBC International, Mericle melihat The Fed akan mulai melakukan tapering pada awal 2022, dengan pengurangan sebesar US$ 15 per bulan. Tapering tersebut bisa membuat dolar AS semakin perkasa.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 2020, Rupiah Runner Up Terburuk di Asia, Yuan Jadi Juaranya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular