
2 Hari Beruntun Saham BRIS Kena ARB, Ini Biang Keroknya

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS) kembali anjlok pada perdagangan Jumat ini (16/10/2020) setelah sempat naik tinggi pada Selasa dan Rabu, yang dipicu pengumuman merger dengan PT Bank Mandiri Syariah (BSM) dan PT Bank BNI Syariah (BNIS).
Berdasarkan data perdagangan BEI harga saham BRIS ambles 6,87% ke level harga Rp 1.220/unit, atau kena batas bawah penolakan otomatis (Auto Reject Bawah/ARB). Nilai transaksi tercatat mencapai Rp 81,19 miliar.
Ini merupakan hari kedua saham BRIS mengalami ARB setelah pada perdagangan Kamis kemarin mengalami hal yang sama.
Padahal di Selasa dan Rabu, saham anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) ini melesat sentuh Auto Reject Atas (ARA) 25% dalam 2 hari tersebut.
Kepala Riset Samuel Sekuritas Indonesia, Suria Dharma mengatakan, koreksi ini terjadi karena kenaikan harga yang terlalu cepat, sehingga koreksi ini merupakan hal yang wajar.
"Naiknya kecepetan. Kan turun cuma bisa 7% [ARB], naik bisa di atas 25% [ARA]," kata Suria, di Jakarta, Jumat ini (16/10/2020).
Suria menjelaskan, kemungkinan tidak akan terjadi tender offer (penawaran untuk membeli saham publik oleh pengendali baru) setelah terjadi merger tiga bank syariah BUMN ini.
Meskipun ada perubahan pemegang saham pengendali yang sama-saham BUMN, yakni dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) ke PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
Perubahan pemegang saham pengendali terjadi karena nilai aset yang disetorkan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), induk usaha BSM, nilainya lebih besar dari nilai aset BRIS.
Nilai aset BSM mencapai Rp 112,1 triliun, BNI Syariah Rp 49,97 triliun, dan BRIS Rp 51,8 triliun.
"Kayanya sih ngga ada tender offer. Pemerintah biasanya ada justifikasinya," jelas Suria.
Selain itu, menurut Suria, bank syariah yang nantinya jadi yang terbesar di Indonesia ini kemungkinan tidak dimiliki oleh bank-bank Himbara (Himpunan Bank-bank Milik Negara).
Pasalnya ada target dari pemerintah untuk membuat bank syariah terbesar di Indonesia ini menjadi bank BUKU IV atau bank umum kelompok usaha dengan modal inti di atas Rp 30 triliun.
"Tapi jangka panjang kalau menurut saya sih ini seharusnya independen. Karena bakal jadi bank besar. Masa bank BUKU 4 dimiliki bank-bank BUKU 4 lain. Kan targetnya mau jadi bank BUKU 4," kata Suria.
Di masa yang akan datang, menurut Suria, BRIS yang menjadi survivor bank hasil merger 3 bank syariah BUMN, akan memiliki nilai aset empat kali lipat dari nilai saat ini.
"Sedangkan dari sisi laba bisa 8 kali," tambah Suria.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Capai Target KUR, BRIsyariah Dapat Tambahan Kuota Rp 1,5 T
