BI Klaim Rupiah Masih 'Kemurahan', Beneran?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 October 2020 12:48
Penukaran uang
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Selain karena faktor technical rebound, potensi penguatan rupiah juga didukung oleh dinamika perekonomian nasional. BI memperkirakan transaksi berjalan mencatat surplus pada kuartal III-2020. Jika terwujud, maka akan menjadi surplus pertama sejak 2011.


Transaksi berjalan mencerminkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Devisa dari pos ini lebih berjangka panjang, tidak mudah keluar-masuk seperti investasi portofolio di sektor keuangan. Dengan pasokan valas yang mumpuni, seharusnya menjadi pijakan bagi rupiah untuk menanjak.

Kemudian, inflasi domestik juga 'jinak'. Pada September 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi sebesar 1,42% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Hingga akhir tahun, BI memperkirakan inflasi sepanjang 2020 akan lebih rendah dari batas bawah kisaran 2-4%.

Lalu, berinvestasi di aset-aset keuangan Indonesia pun masih menarik. Misalnya di obligasi pemerintah.

Saat ini, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah seri acuan tenor 10 tahun adalah 6,874%. Dengan inflasi 1,42%, maka keuntungan riil yang didapat investor adalah 5,454%. Lumayan menggiurkan, apalagi kalau dibandingkan negara-negara sekelompok (peers).

Yield obligasi pemerintah India tenor 10 tahun adalah 5,897% dan inflasi September mencapai 7,43% YoY. Jadi keuntungan riil berinvestasi di instrumen ini adalah -1,533%, bukannya untung malah buntung.

Kemudian misalnya Turki. Yield surat utang pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan untuk yang tenor 10 tahun adalah 13,17%, jauh lebih tinggi ketimbang Indonesia. Namun inflasi di sana mencapai 11,75% YoY per September 2020. Jadi keuntungan riil yang diterima investor hanya 1,42%, jauh di bawah Indonesia.

Daya tarik investasi Indonesia yang tinggi akan membuat arus modal asing tetap berdatangan. Per 12 Oktober, nilai kepemilikan asing di Surat Berharga Negara adalah Rp 940,38 triliun. Naik Rp 7,23 triliun dibandingkan posisi akhir bulan lalu.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular