BI Klaim Rupiah Masih 'Kemurahan', Beneran?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 October 2020 12:48
rupiah melemah terhadap Dollar
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Akan tetapi, risiko pelemahan rupiah lebih lanjut juga tidak tertutup sama sekali. Fitch Solutions dan Bank Dunia sama-sama memperkirakan kurs rupiah terhadap dolar AS pada akhir 2020 berada di Rp 15.000/US$.

Anthony Kevin, Ekonom Mirae Asset, menilai ke depan ketidakpastian yang mengiringi gerak rupiah masih akan tinggi. Setidaknya ada empat hal yang menjadi sumber ketidakpastian tersebut.

"Pertama adalah pengesahan omnibus law (UU Cipta Kerja) yang melahirkan penolakan. Kedua adalah kemungkinan perubahan UU BI yang bisa mengubah mandat dan operasional bank sentral. Ketiga adalah kapan waktu puncak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Indonesia. Keempat adalah pemilihan presiden (pilpres) AS," papar Kevin dalam risetnya.

Radhika Rao, Ekonom DBS, menyatakan bahwa pengesahan UU Cipta Kerja memang membawa dampak positif bagi rupiah. Namun itu ternyata hanya bertahan sebentar. Ke depan, ketidakpastian masih akan tinggi.

"Obligasi pemerintah Indonesia memang masih mendatangkan permintaan yang besar. Namun permintaan itu masih didorong oleh BI sendiri, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) turun dari 36,8% pada Januari 2020 menjadi 28% pada September 2020," tulis Rao dalam risetnya.

Secara fundamental, boleh saja BI menyebut rupiah masih terlalu murah sehingga punya ruang untuk menguat. Namun bukan berarti risiko depresiasi tidak ada.

Hati-hati, rupiah!

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular