Harga Batu Bara Anjlok Lagi ke US$ 60/ton, Ada Apa Nih?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
09 October 2020 10:20
FILE PHOTO: A worker walks past coal piles at a coal coking plant in Yuncheng, Shanxi province, China January 31, 2018. Picture taken January 31, 2018.  REUTERS/William Hong/File Photo
Foto: REUTERS/William Hong

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara termal Newcastle untuk kontrak yang ramai diperjualbelikan anjlok signifikan pada perdagangan kemarin. Namun penurunan harga yang terjadi seharusnya koreksi sehat bagi harga batu legam tersebut. 

Untuk kontrak batu bara termal Newcastle yang menjadi acuan, harganya drop 2,85% pada perdagangan Kamis (8/10/2020). Harga batu bara turun ke bawah US$ 60/ton untuk pertama kalinya sejak 28 September lalu. Kini harga batu bara berada di US$ 59,6/ton.

Selagi pasokan batu bara domestik China masih ketat dan membuat harganya tidak kompetitif, maka harga batu bara impor lintas laut (seaborne) kemungkinan masih akan tertahan dari koreksi lanjutan. 

Saat ini harga batu bara termal Qinhuangdao untuk kalori 5.500 Kcal/Kg masih berada di atas rentang target harga informal yang ditetapkan pemerintah China.

Hal ini membuat para pelaku industri termasuk perusahaan setrum Negeri Panda berpotensi akan memilih batu bara impor. Apalagi jelang akhir tahun kebijakan kuota akan diperbarui. 

Adanya pemangkasan produksi yang juga dibarengi dengan potensi La Nina yang menyebabkan disrupsi pasokan juga turut mendongkrak harga batu bara. Ke depan harga komoditas unggulan Australia dan RI ini diproyeksikan bakal merangkak naik seiring dengan pemulihan permintaan.

Kendati terjadi secara gradual, fenomena pemulihan permintaan batu bara juga terjadi di India. Total impor batu bara India pada bulan September diperkirakan mencapai 14,62 juta ton berdasarkan data pelacakan kapal dan pelabuhan Refinitiv, naik dari 12,97 juta pada bulan Agustus.

Ini merupakan kinerja terkuat importir batu bara terbesar kedua dunia itu sejak April, meski impor masih turun 6,3% dari 15,61 juta ton yang tercatat pada September 2019, melansir Reuters.

Selama sembilan bulan pertama tahun ini, impor diperkirakan mencapai 128,24 juta ton, turun 17% dari 154,8 juta pada periode yang sama tahun lalu.

Sektor batu bara India telah terpukul keras oleh pembatasan aktivitas ekonomi yang diberlakukan mulai Maret dan seterusnya ketika negara terpadat kedua di dunia berjuang untuk mengatasi pandemi virus corona baru yang sedang merebak.

Perekonomian diperkirakan akan berkontraksi hingga 10% pada tahun fiskal yang dimulai pada bulan April. Itu akan menjadi kinerja terlemah India sejak 1979, dan analis memperkirakan permintaan listrik tahunan turun untuk pertama kalinya dalam hampir empat dekade.

Namun, ada beberapa tanda pemulihan tentatif. Seorang kolumnis Reuters, Clyde Russel menyebut pembangkit listrik tumbuh untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan pada September dengan aktivitas di pabrik meningkat paling tinggi dalam delapan tahun karena adanya relaksasi lockdown.

Pembangkit listrik naik 4,9% pada September dan menjadi peningkatan bulanan pertama sejak Februari, menurut analisis Reuters terhadap data pengiriman muatan harian dari operator jaringan federal.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Harga Batu Bara Ambles & Gagal Tembus US$ 60

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular