Tak Bosan Naik Lagi, Batu Bara Sedikit Lagi Sentuh US$ 62/ton

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
07 October 2020 11:24
Ist
Foto: Ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski tak sekuat pada perdagangan yang sudah-sudah, kemarin harga batu bara termal Newcastle untuk kontrak yang aktif ditransaksikan ditutup dengan apresiasi.

Selasa (6/10/2020), harga batu bara naik 0,24% ke US$ 61,95/ton. Tepat pada 1 Oktober lalu, harga batu bara menyentuh level tertingginya dalam lima bulan terakhir di US$ 62,3/ton.

Setelah itu, harga batu bara melorot. Namun tak selang berapa lama harga komoditas unggulan Indonesia dan Australia ini langsung balik menguat sampai sekarang di pekan ini. 

Ketatnya pasokan batu bara domestik China membuat harga batu bara patokan negara tersebut menguat signifikan bahkan lebih tinggi dari rentang harga target yang sudah dipatok oleh pemerintah.

Harga batu bara termal Qinhuangdao untuk kalori 5.500 Kcal/Kg pada akhir pekan lalu menguat 2,9% ke RMB 612/ton atau setara dengan US$ 90,13/ton. Harga tersebut tergolong kemahalan karena sudah berada di atas 'green zone' di rentang RMB 500 - RMB 570 per ton.

Green zone merupakan target informal otoritas China untuk tetap menjaga keberlanjutan bisnis para penambang batu bara serta margin perusahaan utilitas. Dengan harga batu bara domestik yang sudah mahal, maka banyak yang tertarik untuk membeli batu bara impor karena harganya lebih murah.

Kenaikan minat ini juga turut mendongkrak harga batu bara lintas laut (seaborne). Meski China mulai ketat menerapkan kuota impor pada kuartal kedua dan ketiga, tetapi dengan ketatnya pasokan ada kemungkinan beberapa wilayah mulai melonggarkannya. Apalagi memasuki periode akhir tahun kebijakan kuota impor akan diperbarui.

Pada saat yang sama, menjelang libur natal dan tahun baru akhir tahun para penambang Australia memutuskan untuk menghentikan aktivitas operasinya. Namun ekspor tetap berjalan dengan memanfaatkan stok yang tersedia, sehingga meski produksinya turun pasokan masih tetap terjaga.

Faktor lain yang berpotensi mendongkrak harga batu bara ke depan adalah fenomena La Nina yang menyebabkan cuaca yang basah dan bisa mengganggu rantai pasok batu bara metalurgi (kokas) yang banyak dimanfaatkan untuk produksi baja. La Nina juga diperkirakan bakal berdampak pada pasokan batu bara termal.

Adanya ancaman disrupsi pasokan disertai dengan membaiknya permintaan terutama dari China berpotensi menyebabkan harga batu bara mengalami penguatan terutama di akhir tahun ini dan awal tahun depan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Rata-Rata Batu Bara Diproyeksi Lebih Rendah Pada 2020

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular