
Makasi Mr Trump, Anda Galau, Wall Street Girang

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) memberi komentar terbaru soal stimulus raksasa yang akan dikeluarkan negaranya.
Berbeda dari pernyataannya semula, di mana ia menunda pembicaraan stimulus dengan Kongres hingga Pemilu Presiden 3 November, kali ini Trump mengatakan 'sekarang adalah saat bagus untuk membuat kesepakatan'.
"Kami mulai melakukan beberapa pembicaraan yang sangat produktif," katanya ke Fox News saat diwawancarai mengenai pembahasan proposal stimulus dari pemerintah untuk bantuan ke penerbangan dan cek senilai US$ 1.200 untuk para pekerjanya, dikutip dari AFP, Jumat (9/10/2020).
"Kami berbicara tentang kesempatan yang lebih besar daripada soal maskapai penerbangan. Saya pikir kita memiliki peluang bagus untuk melakukan sesuatu," ujarnya lagi.
Sebelumnya, penghentian negosiasi membuat pasar saham jatuh. Apalagi sebelumnya, bank sentral AS, The Fed, sempat berujar tak akan ada perbaikan ekonomi yang cepat tanpa stimulus yang lebih banyak.
Ini membuat Trump menyerukan ke Kongres AS membuat UU sendiri yang membantu maskapai penerbangan, bisnis kecil dan pekerja. Trump meminta ada bantuan US$ 25 miliar untuk maskapai dan US$ 135 miliar untuk melindungi bisnis kecil.
Tapi DPR AS menegaskan UU semacam itu tak akan terjadi bila tak ada kesepakatan untuk meloloskan stimulus baru yang lebih luas. Meski demikian, Ketua DPR Nancy Pelosi dari Partai Demokrat sempat berujar memang ada kata sepakat di satu bagian dengan Partai Republik.
Sebelumnya DPR AS, menginginkan stimulus hingga US$ 2 triliun sementara administrasi Trump hanya US$ 1,5 triliun. Ini membuat 'perselisihan tak berujung' di Kongres.
Stimulus penting untuk membendung dampak virus corona (Covid-19). Saat ini AS menjadi negara dengan kasus terbanyak di mana 7 juta lebih terinfeksi dan 200 ribu lebih meninggal.
Meski demikian, kegalauan Trump menjadi berkah bagi Wall Street. Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 0,4% ke 28.425,51 sementara S&P 500 naik 0,8% ke 3.446,83 dan Nasdaq tumbuh 0,5% ke 11.420,98.
Saham United Airlines dan Delta Airlines kompak menguat lebih dari 1% sedangkan saham American Airlines tumbuh 0,6%. Di sisi lain, saham IBM meroket nyaris 6% setelah perseroan mengumumkan rencana pemisahan (spin off) divisi infrastruktur teknologi informasi miliknya.
"Kita akan lihat apakah ada yang diteken sebelum pemilihan presiden. Itu akan menjadi hasil yang diinginkan pasar," tutur Gregory Faranello, Kepala Trading AmeriVet Securities, kepada CNBC International.
(sef/sef) Next Article Trump Kendor, Tunda Stimulus Raksasa, Setuju Stimulus 'Receh'