Internasional
Oma Yellen Beraksi, Kayanya Bansos Raksasa AS Makin Jelas

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen memberi signal akan pemberian stimulus fiskal baru. Menurutnya, paket besar masih diperlukan untuk mengembalikan ekonomi Paman Sam ke kekuatan penuh setelah rusak karena pandemi Covid-19.
Dalam wawancara dengan CNBC International, ia meyakinkan dana US$ 1,9 triliun dapat membantu AS untuk 'tancap gas' setahun. Sebelumnya proposal bantuan ini sudah diumbar Presiden AS Joe Biden sejak akhir Januari 2021.
"Kami pikir sangat penting untuk memiliki paket besar (yang_ mengatasi rasa sakit yang ditimbulkan. (Untuk) 15 juta orang Amerika terlambat membayar sewa, 24 juta orang dewasa dan 12 juta anak-anak yang tidak memiliki cukup makanan, bisnis kecil gagal," kata Yellen, dalam wawancara Kamis (19/2/2021).
"Saya pikir harga melakukan sesuatu yang terlalu sedikit akan jauh lebih mahal daripada harga melakukan sesuatu yang besar. Kami pikir manfaatnya (stimulus US$ 1,9 triliun) akan jauh lebih besar daripada biaya-nya dalam jangka panjang."
Ia pun menjelaskan tak ada yang perlu dikhawatirkan soal pengeluaran pemerintah ini, termasuk dampaknya ke inflasi. Beberapa pihak khawatir ini akan menurunkan inflasi.
"Inflasi telah sangat rendah selama lebih dari satu dekade, dan itu adalah risiko. Tetapi risiko ini harus ditangani Federal Reserve (The Fed) dan lainnya," katanya lagi.
Justru, kata Yellen, risiko terbesar saat ini adalah saat orang-orang makin terluka karena pandemi. Ini akan menyebabkan 'korban permanen' seumur hidup.
"Mata pencarian mereka," tegasnya.
Para pekerja terlantar, menurut Yellen, harus diarahkan. Ini akan jadi bagian dari paket stimulus terbaru, di mana akan ada bansos berupa cek US$ 1.400 ke jutaan warga AS.
"Saya pikir cek ini benar-benar akan memberikan kelegaan dan akan membantu meningkatkan perekonomian kita, memberi orang uang untuk dibelanjakan ketika kita bisa keluar lagi dan kembali ke kehidupan sebelumnya. Jadi Anda tahu, ada banyak keluarga yang beroperasi di pinggiran. Dan saya pikir pemeriksaan ini akan sangat membantu mereka," jelasnya.
Sebelumnya paket stimulus ini masih harus menunggu kesepakatan dengan bipartisan. Namun, Biden menegaskan tidak menutup kemungkinan menempuh jalur khusus dengan hanya melibatkan suara Partai Demokrat.
Oposisi, Partai Republik sempat menolak jumlah stimulus itu karena dinilai terlalu besar. Ini juga dipandang terlalu cepat karena stimulus US$ 900 miliar baru diberikan bulan lalu.
Dalam perkiraan awal Departemen Perdagangan AS, PDB negeri itu tumbuh 4% (qtq) di Q4 2020. Hal ini dipicu akibat pandemi virus corona (Covid-19) yang kembali menghantam pasar tenaga kerja dan membatasi kemampuan orang Amerika untuk berbelanja.
Terjadi penurunan signifikan dibanding Q3 2020, di mana ekonomi tercatat tumbuh 33,4%. Pertumbuhan melejit di Juli hingga September, setelah mencatat pertumbuhan Q1 dan Q2 negatif, di mana masing-masing tercatat -5% dan -31,4%.
Sementara itu, secara tahunan (yoy), pada Q4 ini ekonomi AS masih berkontraksi -2,5%. Ini berarti AS masih dalam resesi setelah ekonomi juga negatif secara tahunan di Q2 dan Q3, masing-masing -9 dan -2,8.
[Gambas:Video CNBC]
Wow...Janet Yellen is Back! IHSG Bisa ke Level 6.000?
(sef/sef)