
Dana Abadi Jokowi Bisa Salip Abu Dhabi? Cek Dulu Faktanya

Kebanyakan negara-negara di Timur Tengah memang memiliki SWF.
Awal mula SWF ada di dunia diprakarsai juga oleh Kuwait pada tahun 1950. UEA pun mengikuti jejak Kuwait 26 tahun kemudian dengan membentuk Abu Dhabi Investment Authority (ADIA).
Kini aset kelolaan ADIA menjadi yang terbesar ketiga bahkan mengalahkan Kuwait yang jadi pionir. Berbeda dengan SWF milik Norwegia, ADIA mengalokasikan uangnya ke aset yang lebih luas (broad range).
Tidak hanya ke saham dan pendapatan tetap saja, ADIA bekerja sama dengan pengelola dana eksternal untuk berinvestasi di aset-aset alternatif seperti hedge fund dan private equity (PE).
Semua dilakukan berdasarkan kebutuhan return terhadap investasi maupun risiko yang sudah dikalkulasikan dan mempertimbangkan pada kebutuhan likuiditas ADIA.
SWF UEA ini juga melakukan aktivitas trading untuk produk-produk keuangan turunan (derivatif) seperti kontrak komoditas hingga nilai tukar sampai mendanai proyek-proyek infrastruktur.
Apabila melihat laporan ADIA yang dipublikasikan pada 2018 silam, mayoritas dana dialokasikan untuk aset berupa saham baik individual sampai yang sifatnya indeks yang mencapai lebih dari 30% di negara maju.
Kemudian alokasi aset terbesar kedua adalah saham-saham di negara berkembang maupun yang sifatnya pendapatan tetap seperti obligasi pemerintah. Proporsinya mencapai 10% - 20%. Sementara alokasi terendah ditempatkan untuk infrastruktur dan saham-saham dengan nilai kapitalisasi pasar yang kecil.
Dalam 30 tahun terakhir sampai dengan tahun 2018, rata-rata imbal hasil dari ADIA mencapai 6,5%.
Itulah tadi gambaran sekilas terkait SWF Norwegia dan UEA yang sempat disinggung oleh Wamen RI dan alokasi investasi serta profil return-nya.
Lantas bagaimana SWF RI bakal dikelola? Mari kita nantikan saja.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
